Hari ini 15 Agustus 2025, lapangan sepak bola UIN Alauddin Makassar menjadi pusat tumpah ruahnya civitas akademika dalam rangka menyambut perayaan HUT ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia. Dimulai dengan sambutan Prof. Dr. Hamdan Juhannis MA selaku Rektor yang secara resmi melepas gerak jalan, kegiatan berlanjut dengan lomba nyanyi dangdut yang menghadirkan suasana meriah. Setiap fakultas dan unit mengutus peserta lomba menyanyi yang rata-rata memiliki kapasitas sebagai penyanyi. Tidak hanya sekadar menyanyi, para peserta dan penonton ikut berjoget bersama sambil sesekali mendapat “saweran” dari para pimpinan, yang menambah nuansa kekeluargaan dan kegembiraan.
Aktivitas ini bukan sebagai ajang hiburan semata. Namun, dari perspektif akademik, peristiwa ini dapat dibaca sebagai bentuk collective relaxation dan emotional release yang memiliki manfaat nyata bagi kesehatan mental dan fisik. Dalam teori psikologi positif yang dikemukakan oleh Martin Seligman, kebahagiaan (well-being) terdiri atas lima elemen utama: Positive Emotion, Engagement, Relationships, Meaning, dan Accomplishment (model PERMA). Kegiatan seperti ini memenuhi setidaknya tiga unsur yaitu emosi positif (senang, tertawa, gembira), keterlibatan (aktif berjoget dan berpartisipasi), serta hubungan sosial yang hangat antaranggota komunitas akademik.
Dari sudut pandang kesehatan, momen berjoget dan bernyanyi bersama memicu tubuh memproduksi endorfin sebuah hormon yang dikenal sebagai “obat penenang alami” tubuh. Endorfin dapat menurunkan kadar hormon stres seperti kortisol, menurunkan tekanan darah, dan meningkatkan perasaan rileks. Penelitian oleh Berk et al. (2001) menunjukkan bahwa aktivitas yang memicu tawa dan kebahagiaan dapat memperkuat sistem imun, memperbaiki aliran darah, dan menurunkan risiko penyakit jantung.
Konsep catharsis yang diperkenalkan oleh Aristoteles juga relevan di sini. Catharsis berarti pelepasan emosi secara sehat melalui aktivitas tertentu, baik itu seni, olahraga, maupun hiburan. Dengan berjoget, bernyanyi, dan tertawa bersama, individu membuang akumulasi ketegangan yang dihasilkan oleh pekerjaan, tanggung jawab akademik, atau persoalan pribadi. Ini selaras dengan Stress and Coping Theory dari Lazarus & Folkman (1984) yang menekankan bahwa manusia memerlukan coping mechanism atau strategi adaptasi untuk menghadapi tekanan. Salah satu bentuk coping yang efektif adalah emotion-focused coping yaitu mencari aktivitas yang memunculkan emosi positif untuk menyeimbangkan beban pikiran.
Akademisi, dosen, dan mahasiswa sering menghadapi beban administrasi, tuntutan penelitian, dan target akademik yang tinggi. Tanpa jeda untuk rekreasi, risiko burnout meningkat. Burnout, menurut Christina Maslach, ditandai oleh kelelahan emosional, depersonalisasi, dan penurunan pencapaian pribadi. Kegiatan rekreatif seperti ini berfungsi sebagai preventive measure untuk mencegah burnout, memperkuat jejaring sosial di tempat kerja, dan memulihkan energi emosional.
Rasulullah saw pernah bersabda, "Sesungguhnya badanmu memiliki hak atasmu, matamu memiliki hak atasmu, dan keluargamu memiliki hak atasmu." (HR. Bukhari). Hadis ini menunjukkan keseimbangan antara ibadah, kerja, dan pemenuhan hak tubuh untuk istirahat dan hiburan.
Hidup ternyata bukan hanya soal bekerja mengejar target, tetapi juga memberi ruang untuk bernapas, tertawa, dan menikmati momen kebersamaan. Kesehatan mental dan fisik bukanlah hasil dari kerja keras semata, tetapi juga dari kemampuan kita melepaskan beban sejenak dan merayakan kehidupan. Sebagaimana air yang mengalir akan tetap jernih selama tidak tertahan, demikian pula hati kita akan tetap sehat selama kita membiarkan kebahagiaan mengalir di dalamnya.
Hingga agenda berakhir Bapak Rektor bersama yang lainnya masih setia menikmati acara.
Samata 14 Agustus 2025