Halal Bihalal dan Kohesi Sosial: Membangun Kebersamaan dalam Keberagaman

  • 10:18 WITA
  • Administrator
  • Artikel

Hingga tanggal 20 April ke depan saya masih memiliki agenda halal bihalal untuk dihadiri, sebuah momentum yang paling efektif untuk merekatkan kondisi sosial. 

Seperti ritual tahunan, setelah perayaan Idul Fitri, masyarakat Indonesia memiliki tradisi khas yang dikenal sebagai halal bihalal. Momen ini menjadi ajang bagi keluarga, teman, kolega, dan masyarakat luas untuk saling bersilaturahmi, mempererat hubungan, serta memaafkan satu sama lain. Tidak hanya di lingkungan keluarga, halal bihalal juga sering diselenggarakan di berbagai institusi, mulai dari tempat kerja, organisasi, hingga komunitas keagamaan dan sosial.

Dalam konteks sosial, halal bihalal bukan sekadar tradisi, tetapi juga memiliki peran penting dalam membangun kohesi sosial. Ketika individu dari latar belakang yang berbeda berkumpul dalam suasana penuh kebersamaan, sekat-sekat sosial dapat mencair, konflik dapat diredam, dan persaudaraan semakin kokoh. Tradisi ini mencerminkan nilai-nilai luhur yang menjunjung tinggi kebersamaan dalam keberagaman.

Halal bihalal sejatinya menjadi salah satu media untuk mempertajam hadirnya fitrah dalam kehidupan. Itulah sebabnya di setiap momentum menjelang atau setelah Ramadan kita mendapatkan ucapan selamat Idul Fitri yang bermakna selamat kembali kepada fitrah. Fitrah sebagai manusia yang tunduk dan menyerahkan segala sesuatu kepada Sang Pencipta, meng implementasikan nilai-nilai mulia yang Allah tanamkan pada manusia, seperti kejujuran, suka memaafkan, pengasih dan penyayang, adil, suka bekerja sama dan lain-lain.

Namun, di tengah esensi positifnya, tak bisa dipungkiri bahwa sebagian orang menjalankan halal bihalal hanya sebagai seremonial belaka. Ada yang melakukannya sekadar formalitas, tanpa makna mendalam dalam upaya memperbaiki hubungan atau mempererat solidaritas. Terkadang, ajang ini hanya menjadi panggung basa-basi sosial, di mana ucapan maaf sekadar terlontar tanpa niat tulus untuk berubah atau memperbaiki kesalahan masa lalu.

Halal bihalal seharusnya lebih dari sekadar pertemuan dan jabat tangan. Ia harus menjadi momentum refleksi untuk memperbaiki hubungan, memperkuat empati, dan menumbuhkan kesadaran akan pentingnya persatuan dalam keberagaman. Dengan menjalankan tradisi ini secara tulus dan bermakna, masyarakat dapat membangun kohesi sosial yang lebih kuat, menjadikan perbedaan sebagai kekuatan, dan menciptakan lingkungan yang harmonis bagi semua.

Sungguminasa, 14 April 2025