RS UIN Alauddin; Protipe Integritas Medis dan Spiritualitas

  • 10:37 WITA
  • Administrator
  • Artikel

Apa jadinya jika rumah sakit bukan sekadar tempat menyembuhkan tubuh, tapi juga tempat menenangkan jiwa? 

Pada Kamis, 24 Juli 2025, Menteri Agama Republik Indonesia Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, MA secara resmi meluncurkan Rumah Sakit UIN Alauddin Makassar. Peresmian itu dihadiri oleh Gubernur  Sulawesi Selatan, Wali Kota Makassar, para pejabat Kementerian Agama, serta jajaran Forkopimda. Agenda ini bukan sekadar seremoni, melainkan penanda hadirnya sebuah rumah sakit yang berbeda, bukan hanya menjanjikan kesembuhan medis, tetapi juga menghadirkan ketenangan spiritual.

Dalam sambutannya, Menteri Agama menegaskan bahwa keunggulan sebuah rumah sakit tidak bisa hanya diukur dari lengkapnya fasilitas atau canggihnya teknologi. Jika itu saja ukurannya, apa bedanya Rumah Sakit UIN Alauddin dengan rumah sakit lainnya? Justru yang membuatnya istimewa adalah karakteristik khas yang menjadi jati diri UIN sebagai perguruan tinggi keagamaan Islam,  kemampuan mengintegrasikan ilmu medis dengan spiritualitas.

Rumah sakit ini bukan hanya tempat dedikasi para dokter, tapi juga ruang hadirnya nilai-nilai transendental dalam proses penyembuhan. Di sinilah peran spiritualitas tidak ditaruh di ruang tunggu, melainkan menyatu dalam pelayanan kepada pasien. Menteri Agama mengajak seluruh pihak untuk menjadikan RS UIN Alauddin sebagai representasi nyata dari integrasi keilmuan yang selama ini digaungkan, sains tidak berdiri sendiri, tetapi berdampingan dengan iman.  Teknologi tidak berjalan tanpa nilai.

Menag juga melakukan flash back kepada sejarah emas dunia Islam klasik, di mana para ilmuwan Muslim bukan hanya menjadi pionir dalam ilmu kedokteran, tetapi juga menjadi referensi utama dunia Barat. Nama-nama besar seperti Ar-Razi, Ibn Sina, Ibn Rusyd, Al-Haytami, dan lainnya bukan hanya ahli dalam dunia medis, tetapi juga pemikir spiritual yang meyakini bahwa kesembuhan bukan hanya urusan tubuh, tapi juga ruh.

Menag lalu mencontohkan. Menurutnya Ar-Razi, dalam menentukan lokasi pendirian rumah sakit, tidak sembarangan menunjuk titik. Ia melakukan riset sederhana namun brilian yaitu menggantung potongan daging di berbagai lokasi, lalu mengamati di mana daging tersebut paling lambat rusak. Di sanalah kemudian rumah sakit dibangun, karena ia memahami bahwa kesehatan tidak hanya bergantung pada obat, tetapi juga pada kualitas lingkungan. Ini adalah bentuk riset ilmiah yang tetap menyatu dengan intuisi spiritual.  Alam tidak bisa diabaikan karena turut andil dalam proses penyembuhan.

Begitu pula Ibn Sina dalam karyanya Al-Qanun fi al-Tibb yang bukan hanya berbicara tentang penyakit dan obat, tetapi juga menyelipkan refleksi tentang ruh manusia, tentang pentingnya keseimbangan batin dalam proses pemulihan fisik. Bagi mereka, ilmu bukan sekadar data dan diagnosis, tapi bagian dari ibadah dan pengabdian.

Semangat inilah yang ingin dihidupkan oleh Rumah Sakit UIN Alauddin. Sebuah rumah sakit yang tidak hanya membalut luka, tetapi juga menghangatkan hati. Di mana para pasien bukan hanya disambut dengan resep, tapi juga dengan doa. Kesembuhan tidak hanya datang dari tangan dokter, tetapi juga dari ketulusan dan keikhlasan dalam pelayanan.

Dengan hadirnya rumah sakit ini, masyarakat Sulawesi Selatan  bahkan luar daerah kini memiliki harapan akan hadirnya fasilitas kesehatan yang menggabungkan profesionalisme medis dengan kedalaman nilai-nilai spiritual. Sebuah pendekatan holistik yang telah lama hilang dari wajah modernisasi dunia medis.

Harapannya, Rumah Sakit UIN Alauddin tak hanya menjadi tempat singgah bagi orang sakit, tetapi juga menjadi rumah untuk mereka yang ingin pulih secara utuh, tubuh dan jiwanya. Ia menjadi simbol bahwa ilmu kedokteran tidak kehilangan ruhnya. Bahwa di tengah gempuran klinis dan industrialisasi medis, masih ada tempat yang menyadari,  manusia bukan hanya tubuh, tapi juga jiwa yang butuh disentuh.

Semoga Rumah Sakit ini tumbuh menjadi rujukan masyarakat, bukan hanya karena kualitas layanan medisnya, tetapi juga karena kemampuannya menjadi ruang healing fisik sekaligus spiritual healing. Tempat di mana doa dan obat berjalan beriringan menuju kesembuhan yang sesungguhnya.

Sungguminasa 25 Juli 2025