Jangan percaya pada apa yang tampak, karena dunia hari ini pandai menyulap kebohongan menjadi kebenaran, dan kebenaran menjadi lelucon yang diabaikan.
Empat belas abad silam, Nabi Muhammad saw telah memberi peringatan yang seakan ditujukan langsung kepada zaman kita hari ini. Diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah bersabda bahwa akan datang suatu masa ketika pendusta dipercaya, orang jujur malah dianggap pembohong, pengkhianat diberi amanah, dan orang yang amanah justru dianggap tidak layak dipercaya.
Sebuah sinyalemen yang begitu tajam dan akurat menggambarkan era post-truth, sebuah era dimana emosi lebih dipercaya daripada fakta, ketika opini viral lebih berkuasa daripada data yang valid. Kebenaran menjadi relatif, dibentuk oleh algoritma, diedit oleh filter, dan dijajakan dalam bingkai yang menarik meski palsu. Jangan percaya pada foto yang terpajang, itu mungkin telah dipoles oleh ratusan lapis kecerdasan buatan. Senyuman bisa disisipkan, air mata bisa direkayasa, bahkan tokoh publik bisa dibuat berkata sesuatu yang tidak pernah diucapkannya. Inilah zaman ketika realitas tak lagi apa adanya, tapi apa yang ingin kita percayai.
Yang menyedihkan, bukan hanya masyarakat awam yang menjadi korban. Bahkan kalangan terdidik; akademisi, pejabat, cendekiawan sering kali lengah dan ikut terbawa arus post truth, karena terlalu cepat percaya dan terlalu malas untuk memverifikasi. Era post-truth tidak hanya mengguncang isi berita, tapi juga menghancurkan fondasi nalar dan nurani.
Islam sejak awal telah mengajarkan dua prinsip penting untuk menghadapi situasi seperti ini yaitu literasi informasi dan tabayyun. Tabayyun adalah bentuk perlawanan spiritual terhadap banjir informasi palsu. Literasi adalah jihad akal di tengah kekacauan narasi. Kita dituntut untuk berpikir sebelum percaya, memverifikasi sebelum membagikan, dan bertanya sebelum menilai.
Karena di zaman ini, bukan yang benar yang menang, tapi yang paling menarik perhatian. Maka jangan biarkan nurani kita dikalahkan oleh sensasi, atau kebenaran dikubur oleh kebohongan yang dikemas rapi.
Dalam dunia yang penuh ilusi, menjadi pencari kebenaran adalah keberanian. Dalam gelombang kebohongan, menjadi jujur adalah bentuk tertinggi dari perlawanan.
Sungguminasa 8 Agustus 2025