Jika di dunia sepak bola kita mengenal Red-Card (Kartu Merah) karena pelanggaran, maka di dunia volly ball dikenal Blue Card karena kejujuran. Kartu biru inilah yang diterima Megawati Hangestri, bintang lapangan Red-Spark Korsel asal Indonesia.
Di tengah gemuruh sorak penonton dan dentuman bola yang menghantam lantai lapangan, nama Megawati Hangestri menjadi nyala terang yang tak hanya membanggakan Indonesia, tapi juga menginspirasi dunia. Dikenal sebagai Megatron-begitu netizen menyebutnya- julukan bukan tanpa alasan. Ia adalah monster lapangan yang tak kenal kompromi saat membela timnya, Red Sparks di Liga Voli Korea. Spiker tajam, penuh determinasi, dan selalu memberi segalanya dalam setiap laga.
Namun, kekuatan bukan satu-satunya hal yang membuat Megawati disegani. Di balik pukulan kerasnya, ia adalah pribadi yang rendah hati. Di mata masyarakat Korea, Megawati bukan hanya atlet asing biasa. Ia adalah panutan. Sikapnya yang ramah, profesional, dan penuh dedikasi telah menempatkannya sebagai idola baru di Negeri Ginseng.
Salah satu momen paling membekas adalah ketika ia menunjukkan integritas tinggi di tengah pertandingan penting. Saat sebuah smash lawan melesat cepat dan bola sedikit mengenai kelingking kecilnya, wasit dan lawan tak menyadari. Namun Megawati mengangkat tangan, mengakui bahwa bola menyentuh dirinya. Sebuah kejujuran yang langka di tengah dunia kompetisi yang penuh tekanan dan ego. Sebagai bentuk penghargaan, ia pun menerima blue card — simbol apresiasi atas sportivitas tinggi. Bukan kartu merah karena pelanggaran, tapi biru karena kejujuran.
Yang membuat Megawati semakin istimewa adalah kebiasaannya bersujud di tengah lapangan usai mencetak poin atau menuntaskan pertandingan. Sujud syukur yang ia lakukan menjadi penanda bahwa di balik ketangguhannya, Mega adalah pribadi yang memiliki komitmen religiusitas yang dalam. Ia tak lupa bersyukur kepada Tuhan atas setiap detik perjuangan, dan itulah yang membentuknya—menjaga hati tetap rendah di tengah pujian, dan tetap kuat dalam tekanan.
Meski gagal membawa Red-Spark juara dan hanya menduduki runner up setelah kalah 2-3 dari Pink-Spider, namun kejujuran, kerendahan hati, ketangguhan, dan rasa syukur — semuanya menyatu dalam sosok Megawati Hangestri. Dalam dunia yang sering kali menghargai kemenangan lebih dari nilai, Megawati hadir sebagai pengingat bahwa menjadi pemenang sejati berarti tetap memegang teguh prinsip, meski itu berarti kehilangan satu poin. Mega seakan sadar bahwa kemenangan itu bukan saja tentang memenangkan game, berhasil meraih poin, tetapi kemenangan itu juga adalah tentang moral.
Indonesia butuh lebih banyak sosok seperti Megawati Hangestri. Mereka yang tak hanya hebat dalam aksi, tapi juga dalam hati. Jujur, rendah hati, tangguh, dan selalu bersyukur—menjadi simbol kebanggaan bangsa. Dalam dunia yang semakin gaduh dan penuh pencitraan, Megatron hadir sebagai teladan nyata. Ia membuktikan bahwa menjadi besar tidak harus dengan menginjak yang lain, tapi dengan menjunjung nilai-nilai luhur bangsa.
Semoga semangat Megawati menular pada generasi muda Indonesia. Agar negeri ini tak hanya melahirkan juara, tapi juga pribadi-pribadi yang jujur, religius, dan berintegritas — seperti Megatron dari lapangan voli.
Sungguminasa 11 April 2025
Barsihannor