Tulisan kali ini terinspirasi oleh coretan Prof. Hamdan di hari 28 Ramadhan yang mengulas pentingnya pendidikan ekologis bagi masalah. Prof. Hamdan adalah salah seorang rektor yang sangat concern terhadap lingkungan dan mengimplementasikan konsep green campus.
Saya sangat mengapresiasi Prof. Hamdan yang mengamini gagasan Prof. Zudan tentang pentingnya membumikan wawasan ekosentris dalam pendidikan, bukan sekadar wacana pinggiran, tetapi sebagai inti dari keberlanjutan peradaban ekologis. Pendidikan harus menjadi gerbang utama untuk menanamkan kepedulian terhadap lingkungan, sebagaimana telah diulas dalam coretan ke 28 Prof. Hamdan.
Saya ingin memberi catatan pinggir atas coretan ini. Ada satu celah yang selama ini kurang tersentuh dalam sistem pendidikan kita; fikih lingkungan. Pendidikan Islam yang kita ajarkan sejak dini lebih banyak berkutat pada aspek ritual, sementara dimensi ekologis dari ajaran Islam sering kali terpinggirkan. Padahal, Islam sendiri adalah agama yang sangat menekankan keseimbangan dan tanggung jawab terhadap alam.
Hemat saya, saatnya fikih lingkungan masuk ke dalam kurikulum pendidikan dasar. Kita tidak bisa hanya mengajarkan anak-anak tentang tata cara bersuci tanpa menanamkan kesadaran akan pentingnya menjaga sumber air. Kita tidak bisa hanya mengajarkan tentang kebersihan pribadi (wudhu) tanpa menekankan tanggung jawab terhadap kebersihan lingkungan. Fikih lingkungan harus diajarkan bukan hanya sebatas teori, tetapi juga melalui praktik nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Anak-anak harus dibiasakan untuk memahami bahwa wudhu bukan hanya tentang kesucian individu, tetapi juga tentang konservasi air. Bahwa membuang sampah sembarangan bukan hanya tindakan yang mengotori tempat, tetapi juga mencederai amanah sebagai khalifah di bumi. Mereka perlu dilatih untuk melihat alam sebagai bagian dari ibadah, bukan sekadar objek eksploitasi.
Saatnya pendekatan pendidikan harus berorientasi pada ekosentrisme, bukan sekadar ritualisme. Konsep ini harus menjadi bagian dari kurikulum yang mengajarkan bagaimana manusia dan alam saling terhubung dalam satu kesatuan ekosistem. Dunia kampus juga harus lebih aktif dalam mengembangkan metodologi pembelajaran yang tidak hanya membahas ekologi dalam ranah teori, tetapi juga menjadikannya sebagai aksi nyata yang berkelanjutan.
Peradaban Islam sejati adalah peradaban yang ekosentris. Dari Andalusia hingga Baghdad, sejarah mencatat bagaimana umat Islam dahulu membangun kota-kota hijau yang harmonis dengan alam. Jika kita ingin mengembalikan kejayaan Islam, kita harus kembali kepada semangat menjaga lingkungan sebagai bagian dari ibadah. Tidak cukup hanya berbicara tentang surga di akhirat, jika kita mengabaikan surga kecil yang telah Allah titipkan di bumi ini.
Kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan hidup menjadi langkah awal dalam upaya konservasi. Namun, kesadaran saja tidak cukup tanpa disertai aksi nyata. Manusia sebagai penghuni bumi memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga keseimbangan alam demi kelangsungan hidup generasi mendatang.
Melalui tindakan sederhana seperti mengurangi penggunaan plastik, menanam pohon, hingga mendukung energi ramah lingkungan, setiap individu dapat berkontribusi dalam melestarikan alam. Selain itu, edukasi dan sosialisasi mengenai pentingnya konservasi lingkungan harus terus digalakkan, agar semakin banyak orang yang sadar dan tergerak untuk bertindak.
Perubahan kecil yang dilakukan secara kolektif mampu memberikan dampak besar bagi bumi. Dengan menjadikan konservasi lingkungan sebagai gaya hidup, manusia tidak hanya menjaga keseimbangan alam, tetapi juga memastikan kehidupan yang lebih baik bagi masa depan. Kini saatnya kita bergerak dari sekadar sadar menjadi pelaku aktif dalam menjaga bumi tempat kita tinggal.
Alam adalah rumah bagi seluruh makhluk hidup. Keindahan dan kekayaan sumber daya alam yang tersedia menjadi penopang kehidupan manusia. Namun, eksploitasi berlebihan, pencemaran, dan perusakan lingkungan semakin mengancam keberlangsungan kehidupan di bumi. Dalam kondisi ini, konservasi lingkungan bukan hanya pilihan, melainkan kewajiban yang harus dipikul oleh setiap manusia.
Menjaga kelestarian alam berarti menjaga kehidupan. Udara bersih, air jernih, dan hutan yang hijau adalah warisan berharga yang harus diteruskan kepada generasi mendatang. Upaya konservasi bisa dimulai dari hal kecil, seperti memilah sampah, mengurangi penggunaan plastik, hingga menanam pohon di lingkungan sekitar. Selain itu, dukungan terhadap kebijakan ramah lingkungan dan kampanye sadar lingkungan akan memperkuat upaya pelestarian.
Bumi adalah tempat tinggal bersama, dan menjaga kelestariannya adalah tanggung jawab kita semua. Setiap langkah kecil yang dilakukan hari ini akan menjadi fondasi bagi masa depan yang lebih baik. Dengan menyelamatkan alam, kita tidak hanya melindungi ekosistem, tetapi juga memastikan kehidupan yang layak dan seimbang bagi seluruh makhluk hidup.
Sungguminasa 28 Ramadhan 1446 H