Dakwah Itu Menerapi, Bukan Menyakiti

  • 02:26 WITA
  • Administrator
  • Artikel

Di era media sosial saat ini, kita sering melihat ceramah atau dakwah yang banyak berisi klaim kebenaran tunggal. Alih-alih mengajak dengan kelembutan, sebagian mereka yang mengaku dai itu justru menyampaikan pesan agama dengan kata-kata yang tidak bijak, bahkan menghakimi orang lain. Orang yang berbeda pendapat dicap sesat, yang belum menjalankan ajaran agama dengan sempurna dianggap jauh dari hidayah. Padahal, jika kita perhatikan, pendekatan seperti ini justru sering kali membuat orang menjauh, bukan mendekat.

Juara olah raga MMA Khabib Nurmagomedov pernah berkata; Jangan berharap orang-orang non-Muslim akan memahami Islam dari buku-buku keislaman. Itu hanya sebagian kecil, sebagian besar dari mereka mengenal Islam melalui perilaku umatnya. Oleh karena itu, jangan sampai keindahan Islam tercoreng oleh perilaku umatnya yang tidak mencerminkan ajaran mulia tersebut. Saya sendiri melihat banyak pengakuan dari para mualaf di berbagai konten media sosial. Sekiranya hanya melihat  perilaku atau keadaan sebagian masyarakat muslim yang tampak keras, kumuh dan intoleran, mereka tidak akan menjadi mualaf

 Untungnya mereka mempelajari Islam lewat berbagai referensi dan interaksi positif dengan kawan yang muslim yang baik pengetahuan dan akhlaknya.

Karena itu dalam konteks dakwah, seharusnya, kita tidak boleh sibuk menyalahkan kegelapan, tetapi harus membawa obor untuk mengganti hilangnya terang. Ketika melihat seseorang belum menjalankan ajaran agama dengan baik, tugas kita bukanlah mencela, tetapi membimbing dengan kasih sayang. Jika seseorang masih terjebak dalam kebiasaan buruk, dakwah yang efektif bukan dengan menghakimi, melainkan dengan menunjukkan jalan keluar yang penuh hikmah dan kebijaksanaan. Bukankah Rasulullah sendiri diutus sebagai rahmat bagi seluruh alam? Beliau tidak pernah mencela, apalagi memaksakan ajaran dengan kekerasan.

Dakwah sejati adalah proses terapi, bukan alat untuk menyakiti. Mengajak kepada kebaikan harus dilakukan dengan cara yang baik. Tidak ada manfaatnya mengkafirkan sesama muslim atau menebarkan kebencian atas nama agama. Justru, dakwah seharusnya mengobati luka, menguatkan iman, dan membimbing dengan kelembutan. Karena pada akhirnya, tujuan dakwah bukan untuk memenangkan perdebatan, tetapi untuk menyentuh hati dan membawa manusia lebih dekat kepada Tuhan.

Sungguminasa 27 Ramadhan 1446 H