Dalam perjalanan pulang dari ceramah subuh Jumat di Komplek Delta Mas, saya menemukan anak-anak Gen-Z sedang mengadakan balapan liar di sebuah jalan yang relatif masih sepi. Disamping balapan, mereka juga melakukan aksi “standing” yang sangat membahayakan. Beberapa motor yang ditumpangi oleh dua anak berboncengan tanpa mengenakan helm, lalu motor itu diangkat sehingga ban depan menjukang ke atas dan hanya ban belakang yang berada di aspal. Sambil lewat, saya memperhatikan semua, baik yang atraksi standing maupun yang racing. Semuanya tidak memakai helm.
Saya berpikir apakah mereka tidak menyadari bahwa aksi mereka sangat berbahaya, baik untuk mereka maupun orang lain. Bagaimana kalua terjadi insiden. Kepala terkena aspal atau terbentur trotoar, lalu geger otak. Mereka akan kehilangan masa depan.
Tuhan menciptakan kepala manusia sebagai titik epicentrum kehidupan. Kepala dipandang sebagai alat vital manusia karena memiliki fungsi yang sangat luar biasa. Perangkat hardware penting manusia ada di wilayah kepala; mendengar, melihat, mencium, mengecap, alat berbicara, juga ada di bagian kepala. Bahkan titik sentral awal manusia jatuh cinta itu biasanya diawali dari pandangan mata atau wajah.
Kaki ini penting, tetapi tidak sevital kepala. Jika kaki lecet, luka, atau bengkak, patah, bahkan diamputasi sekalipun, manusia masih bisa hidup. Tetapi jika kepala terbentur, luka dalam, pecah atau geger otak, maka hampir dipastikan yang bersangkutan hanya memiliki dua kemungkikan; bertahan hidup tetapi tidak normal, atau meninggal.
Akan tetapi, kenapa manusia terkadang kurang menghargai kepala dibanding penghargannya terhadap kakinya. Dia mengeluarkan banyak uang untuk membeli asesoris kaki seperti sandal dan sepatu bermerk. Sepatunya itu setiap saat dipakai, juga rutin disemir agar tampak mengkilap dan indah, bahkan dia membelikan rak khusus untuk sepatu /sandal agar tetap terjaga.
Coba bandingkan dengan helm yang merupakan alat pelindung utama kepala manusia. Meski fungsinya sangat penting, tetapi manusia terkadang tidak mementingkannya. Jika dia membeli helm, seadanya saja, tidak sedetail atau secermat dia membeli sepatu/sandal. Jika menengok harga, juga tidak sebanding dengan harga sepatu dan sandalnya. Helm pun tidak ditempatkan pada tempat yang baik. Helm jarang dibersihkan bahkan digantung di sembarang tempat. Uniknya lagi, meski sudah membawa helm, tetapi ada saja pengendara yang tidak mau memakainya ketika berkendaraan di jalan raya.
Menggunakan helm, sebenarnya bukan takut kepada polisi, tetapi sebagai bentuk penghargaan tertinggi kepada Allah yang yang menganugerahkan kepala kepada manusia. Kesadaran ini harus tertanam di dalam jiwa manusia. Bentuk bersyukur atas nikmat bukan ditandai dengan ucapan alhamdulillah. Ini hanya sebuah ekspresi syukur, tetapi ditandai dengan kemampuannya menjaga anugerah Allah dengan sebaik-baiknya seraya memanfaatkannya di jalan yang benar.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa