RAMADHAN BULAN PENYUCIAN DIRI DAN HATI

  • 12:00 WITA
  • Administrator
  • Artikel

OLEH  :PROF.DR H.M.RUSYDI KHALID

Ramadhan adalah bulan kesembilan dalam kalender Hijriyah yang selalu dinantikan oleh umat Islam sedunia sejak lebih seribuempatratus tahun yang lalu. Bulan ini didambakan kedatangannya bagaikan tamu agung yang membawa banyak berkah bagi siapa saja yang mengagungkannya. Kedatangannya yang berlangsung selama sebulan yakni 29 atau 30 hari disambut dengan melaksanakan shiyam, di siang-siang harinya sejak munculnya fajar shubuh sampai tenggelamnya matahari di waktu magrib, dan melaksanakan qiyam (shalat sunat tarawih, witir dan tahajud) di malam-malam harinya. Shiyam atau puasa selama Ramadhan adalah kewajiban mutlak bagi setiap muslim yang sehat, balig, waras, tidak dalam perjalanan yang melelahkan, bagi wanita tidak dalam keadaan haid dan nifas,yang ditegaskan dalam al-Quran (S.al-Baqarah :183), sabda Nabi Muhammad  SAW dan disepakati oleh para ulama mujtahid.  Shiyam atau shaum arti dasarnya adalah imsak, menahan atau berpantang dari sesuatu. Arti ini dipergunakan al-Quran ketika memberitakan perkataan Maryam ibunda Nabi Isa, yang menolak untuk berbicara, “inni nadzartu li al-rahmani shawma”, Sesungguhnya saya sudah bernadzar kepada Tuhan yang Rahman untuk shawm ( diam, tidak berkata-kata). Orang Arab berkata :Shama al-nahar, siang itu berpuasa, maksudnya bila perjalanan matahari berhenti di tengah hari pada waktu zhuhur.  Secara syar’I sesuai ajaran Islam, shaum atau shiyam, puasa adalah menahan/ berpantang pada siang hari dari semua al-mufaththirat, yang merusak puasa dengan niat dari pelaku puasa dari munculnya fajar sampai terbenamnya matahari. Dengan demikian puasa atau shaum adalah menahan, berpantang secara perbuatan dari dua keinginan syahwat perut dan kemaluan, dan dari semua benda yang dirasakan yang masuk ke lambung seperti obat dan sejenisnya, pada waktu tertentu dari terbitnya fajar kedua yakni fajar shadiq sampai terbenamnya matahari. Dilaksanakan oleh muslim yang berakal yang  tidak dalam keadaan haid dan nifas dengan niat yakni ketegaran hati untuk melaksanakan perbuatan itu secara pasti tanpa ragu-ragu untuk membedakan ibadah dari adat kebiasaan.

Dari pengertian shawm secara syar’iy ini ditetapkanlah rukun puasa yakni imsak, menahan syahwat perut dan syahwat kemaluan, atau menahan dari semua yang merusak puasa, ditambah oleh Mazhab Maliki dan Syafi’I dengan rukun lain yakni berniat di malam harinya.

FAEDAH PUASA RAMADHAN

Secara umum puasa adalah suatu amalan mulia yang berdampak pada dua aspek, rohaniyah dan material. Puasa khususnya puasa Ramadhan adalah bentuk kepatuhan ketaatan seorang muslim kepada Allah SWT yang memerintahkannya untuk berpuasa selama  Ramadhan (Q.S.al-Baqarah :183). Seorang mukmin yang taat berpuasa tanpa maksud tertentu, bukan karena ikut-ikutan, hanya semata demi keridaan Allah pasti akan mendapat pahala yang tiada terbatas sebab kemurahan Allah itu amat luas, akan memperoleh keridaan Allah, serta berhak untuk masuk surga melalui pintu khusus yang bernama “ ar-Rayyan”. Rasulullah dalam hadis riwayat Imam Bukhari bersabda, “ Sesungguhnya dalam surga ada pintu bernama “ ar-Rayyan” yang melalui pintu itu orang-orang yang berpuasa memasuki surga pada hari kiamat. Selain orang-orang yang berpuasa tidak akan melewati pintu itu. Bila semua orang yang berpuasa sudah masuk, maka pintu itu akan ditutup selamanya, tak satu orangpun dapat memasukinya. Dalam hadis Qudsi, Rasululullah menyampaikan firman Allah  , “Sesungguhnya puasa itu untukku, Saya yang menetapkan pahalanya, sesuangguhnya orang yang berpuasa memperoleh dua kegembiraan, apabila dia berbuka dia bergembira, dan apabila ia berjumpa Allah ia bergembira. Demi Tuhan yang jiwa Muhammad berada di tanganNya, sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah daripada bau misk (minyak wangi).

Puasa juga merupakan sarana agung  pendidikan moral atau akhlak dimana setiap mukmin mendapat pelatihan banyak sifat terpuji. Puasa sebagai jihad, perjuangan melawan egoism diri, melawan berbagai keinginan hawa nafsu dan godaan-godaan syetan yang sekali-sekali muncul. Puasa melatih manusia membiasakan sifat sabar atas apa yang tak dapat diraihnya, terhadap rintangan, kesulitan, dan kesusahan yang kadang-kadang menimpanya. Seorang yang berpuasa sanggup bersabar, menahan diri sekalipun makanan lezat terhidang di hadapannya, aroma harum kue-kue menggoda usus-usus lambungnya, air tawar yang sejuk seperti membujuknya untuk melepaskan dahaga. Ia bisa menahan dirinya , bersabar menunggu waktu yang diizinkan Tuhan untuk mengkonsumsinya. Puasa mengajarkan kejujuran, amanah dan pengawasan Tuhan pada saat tersembunyi dan saat terang-terangan. Tiada yang mengawasi orang yang berpuasa yang menahan diri dari yang baik-baik kecuali Allah yang Maha Esa. Puasa memperkuat keinginan, mengasah tekad , membantu pensucian hati, membangkitkan ide, dan mengilhamkan buah-buah pikiran yang tajam bila orang yang berpuasa itu bersikap lamban, lesu dan melupakan faktor-faktor kelambanan dan kelemahan itu. Luqman al-Hakim berkata kepada putranya, “ Wahai anakku, bila lambung  terisi penuh, ide akan tertidur, hikmah akan lesu, dan anggota tubuh akan malas beribadah”.

Puasa mengajarkan keteraturan dan kedisiplinan; karena memaksa muslim yang berpuasa untuk makan danS minum berbuka puasa pada waktu yang ditetapkan sampai batas waktu yang tertentu. Puasa melambangkan persatuan umat Islam secara moril di timur dan di barat. Mereka semua berpuasa dan berbuka pada waktu yang ditetapkan Tuhan, sebab Tuhan mereka satu dan ritual ibadah mereka juga satu.

Puasa menumbuhkan dalam diri manusia rasa kasih sayang dan persaudaraan,  dan ikatan solidaritas dan tolong-menolong yang mengikat kaum muslimin dengan sesamanya. Rasa lapar dan haus misalnya mendorongnya untuk bersilaturahim dengan orang lain, dan ambil bagian untuk memberantas gangguan kemiskinan, kelaparan dan penyakit. Dengan demikian semuanya bekerjasama untuk mewujudkan situasi dan kondisi yang menyenangkan di tengah masyarakat.

Puasa dari sisi kesehatan merupakan pembaharuan kehidupan manusia dengan terbaharuinya sel-sel dan membersihkan sel-sel yang sudah tak berfungsi, mengistirahatkan lambung dan organ pencernaan, terbebas dari kelebihan makanan yang tertinggal dan makanan yang tak tercerna, mengurangi lemak dan zat-zat yang mengganggu yang ditinggalkan oleh makanan dan minuman.Rasulullah saw bersabda:” Berpuasalah kalian supaya sehat” ( Riwayat Ibnu al-Sunniy dan Abu Na’Im dari Abu Hurayrah).

SUDAHKAH KITA BERPUASA?

Secara lahiriah nampaknya kita sudah berpuasa yakni tidak makan dan minum dan tidak melakukan hubungan seksual pada siang hari Ramadhan. Namun secara hakiki, agaknya sebahagian sepertinya tidak memahami apa tujuan puasa itu. Bagi mereka puasa adalah sebagai suatu rutinitas yang dipahami secara formalis skripturalis tidak sebagai ibadah yang bersifat spiritual transformative yang menjadikan manusia yang berpuasa sebagai insan saleh yang bertakwa yang patuh menjalankan perintah Allah dan RasulNya dan meninggalkan larangan-larangannya.

Kenyataan  membuktikan puasa belum berdampak besar dalam kehidudupan keseharian kita.Berbagai bentuk kezaliman tetap merajalela, korupsi masih menjadi kelaziman, kejahatan terus meningkat, kekerasan tetap marak, dan proses dehumanisasi terus berlangsung dalam kehidupan.

Puasa benar seyogyanya seperti disabdakan Rasulullah saw, al-shaumu junnah, puasa itu perisai atau benteng seperti perisai kalian dalam peperangan selama tidak dirusak oleh kedustaan dan ghibah. Puasa adalah benteng yang menghalangi dari api neraka, benteng dari semua perbuatan dosa dan maksiat.Seorang yang berpuasa tidak akan berbuat maksiat, tidak berteriak-teriak tanpa kendali, bila ditantang seseorang untuk berkelahi atau dicaci maki dia dapat menahan diri dengan mengatakan inni shaim, saya orang yang berpuasa.