UIN Online – Ketika Anda ingin menulis karya sastra, maka tulislah berdasarkan realitas yang ada atau kemukakan yang benar-benar terjadi. Sesungguhnya sastra itu mencerminkan realitas. Hal tersebut disampaikan Dr. Ahyar Anwar, SS. MSi, saat menjadi pemateri dalam diskusi seni dan sastra yang diadakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar di Lecturer Theatre (LT) FAH, Kamis (08/11/2012) lalu.
Menurut Ahyar karya sastra yang ditulis hanya memberikan harapan kepada pembaca atau pendengarnya dan bukan berdasarkan kenyataan, sesungguhnya karya sastra itu bukanlah sastra melaingkan hanya sampah.
Bagi Ahyar yang memulai pembicaraannya dengan membacakan puisi karyanya yang berjudul, “ lingkaran nyanyian cinta” itu, sastra sama persoalannya dengan manusia, ia adalah spirit of time. Sastra juga mempresentasikan fakta individu atau mewakili pengarangnya serta fakta social yakni kehidupan social pengarangnya. Masih menurut Ahyar, prinsip fundamental sastra ada dalam cermin kehidupan sosial. “ Misalnya, novel ayat-ayat cinta adalah cerminan betapa susahnya menjalin relasi dengan orang lain”, ujarnya.
Begitupun seni yang dianggap melahirkan estetika masyarakat. “ Seperti di era orde baru, bagaimana WS Rendra ditakuti karena karya-karyanya”, tambah dosen FAH itu.
Bagaimana WS Rendra kemudian ditakuti karena ia menyatakan kebenaran. Yakni menyatakan kebenaran kepada pembacanya dan bukan menipunya. Sebagaimana tugas sastra yang tidak hanya melakukan peramalan melaingkan melakukan sesuatu.
Diakhir pemaparannya Ia menyatakan bahwa, sastra sesungguhnya berpartisipasi menemukan dunia, sastra memandu manusia menemukan harapannya, bukan memenuhinya dengan impian yang tidak jelas. “Seperti halnya membicarakan dunia dengan masa lalu, sesungguhnya bukanlah cerminan tetapi itu adalah ilusi”, tegasnya.