Masih tentang Abah Guru Sakumpul. Beberapa bulan lalu di musim panas, saya dan keluarga berziarah ke maqam beliau. Mobil yang saya bawa diarahkan ke sebuah area parkir khusus mobil yang diatur dengan rapi oleh beberapa petugas parkir. Di siang yang panas terik itu, para petugas parkir dengan begitu bersemangat dan gesit mengatur arus masuk dan keluar kendaraan (mobil) sehingga tidak terjadi kemacetan meski banyak peziarah yang datang. Oranr-orang di sekitar itu menyampaikan ke saya bahwa parkir di area maqam Abah Sakumpul gratis.
Saya hanya penasaran, apakah betul gratis. Kenapa petugas parkir yang tampak miskin itu tidak mau dikasih uang? Bukankah cuaca terik menyebabkan mereka haus dan lapar, karenya mereka juga butuh uang? Sejumlah pertanyaan menyeruak di kepala saya.
Saya bersama keluarga kemudian meninggalkan area parkir dan menuju ke lokasi maqam Abah Sakumpul. Setelah membaca al-Quran dan berdoa, saya pun meninggalkan tempat dan kembali ke area parkir. Sejumlah pertanyaan tentang juru parkir masih menelinap dalam pikiranku. Saya mau mengetes, apa benar mereka tidak memangambil uang parkir. Saya membuka dompet lalu mengambil uang Rp. 100.000,- (seratus ribu). Saya niatkan untuk member dan bersedekah kepada juru parkir di area itu. Secara diam-diam saya panggil mendekat ke mobil saya dan saya bilang saya mau keluar. Lalu saya menyerahkan uang 100.000 kepadanya. Saya kaget…dia menolak. Saya paksa dan saya bilang saya mau bersedekah, dia juga tetap menolak. Akhirnya saya menyerah dan menyimpan kembali uang tsb, lalu dengan mobil sambil jalan, saya bertemu lagi juru parkir yang mengatur di area jalan umum, dan saya kasih uang Rp.100.000,-. Juga dia menolak, lalu saya pun pergi. Suatu hari saya bertanya kepada juru parkir kenapa parkis gratis. Mereka menjawab; Abah guru pernah berpesan, jika beliau meninggal dunia, lalu datang peziarah, hormati mereka dan jangan membebani mereka.
K. H. Muhammad Zaini Abd. Ghani memang ulama fenomenal, sebagian orang menganggapnya sebagai waliullah. Beliau ulama besar yang dikenal sebagai ulama sufi, pengayom masyarakat, dan pendidik yang mendalamkan ajaran Islam dengan cinta, keteladanan, dan keikhlasan. Kehadirannya tidak hanya membentuk identitas religius masyarakat sekitar tetapi juga menciptakan sebuah dinamika spiritualitas kolektif yang mengakar kuat di berbagai lapisan masyarakat.
Spiritualitas kolektif yang terpancar dari Abah Guru Sekumpul bukan hanya sekadar praktik keagamaan, tetapi sebuah energi magnetis yang menarik berbagai latar belakang sosial untuk bersama-sama mendekat kepada Allah. Sosok Abah Guru dikenal dengan keramahan dan kebijaksanaannya, membuat siapa pun merasa diterima tanpa sekat. Sikapnya yang sederhana, tetapi penuh kasih, mencerminkan nilai-nilai sufistik yang mengedepankan pengabdian kepada Tuhan sekaligus kepada umat manusia.
Magnet spiritual ini tampak dalam kegiatan haul akbar yang baru saja dilaksanakan. Menurut catatan media, kurang lebih 4.2 juta orang yang berhadir di Martapura meramaikan agenda haul, sebuah perhelatan yang sangat luar biasa.
Salah satu karakteristik utama spiritualitas kolektif yang dibangun oleh Abah Guru Sekumpul adalah kemampuannya untuk meleburkan berbagai sekat sosial. Dalam tradisi pengajian dan majelis taklim yang beliau pimpin, tidak ada perbedaan antara orang kaya dan miskin, pejabat dan rakyat biasa, atau bahkan antara penduduk lokal dan pendatang. Semuanya menyatu dalam semangat bersama untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Karena itu di dalam kegiatan haul akbar, semua masyarakat Banjar beramai-ramai secara kolektif ingin menjadi tuan rumah yang baik, tuan rumah yang menghormati peziarah, dan tuan rumah yang tidak ingin membebani peziarah sebagaimana pesan Abah Sakumpul.
Tidak heran, selama rentang dan rangkaian kegiatan haul dilaksanakn, begitu banyak pelayanan gratis yang diberikan oleh masyarakat. Transportasi Bandara ke lokasi gratis, premium gratis, penginapan gratis, makan dan minum gratis, buah-buahan gratis, dan sejumlah fasilitas lainnya yang gratis, hanya diperuntukkan bagi tamu-tamu yang hadir. Kondisi yang sangat paradok dengan kebanyakan agenda pada umumnya, dimana orientasi keuntungan ekonomi menjadi tujuan masyarakat setempat.
Kepergian Abah Guru Sekumpul pada tahun 2005 tidak menghentikan arus spiritualitas yang telah beliau bangun. Hingga saat ini, beliau tetap menjadi sosok panutan, baik dalam bidang keilmuan maupun akhlak. Banyak jamaah yang mengaku tetap merasakan keberkahan dari doa-doa yang beliau panjatkan semasa hidup.
Era modern dengan segala tantangannya tidak mampu menggerus
spiritualitas kolektif yang ditanamkan oleh Abah Guru. Di tengah hiruk-pikuk
dunia digital, banyak generasi muda yang terinspirasi oleh kisah hidup beliau.
Video pengajian dan nasihat beliau yang tersebar di berbagai platform menjadi
media untuk memperkuat hubungan spiritual, bahkan bagi mereka yang tidak pernah
bertemu langsung dengan beliau. Tidak
berlebihan jika dikatakan bahwa Abah Guru Sekumpul adalah magnet spiritual yang
menarik perhatian dunia.
Martapura dan masyarakat Banjar pada umumnya akan selalu menjadi entitas dan symbol kekuatan spiritualitas kolektif yang tidak hanya melekat di tanah Banjar tetapi juga menginspirasi dunia.
Sungguminasa 10 Januari 2025