Saya bersyukur bisa kembali berjumpa secara langsung dengan Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA yang juga sebagai Menteri Agama dalam kebinet Merah Putih di bawah pemerintahan Prabowo Subianto. Perjumpaan itu terjadi di saat agenda puncak perayaan Dies Natalis ke 59 UIN Alauddin Makassar 11 November 2024. Meski tidak sempat bercakap-cakap karena banyaknya senator yang ingin berpoto bersama, paling tidak berdirinya saya disamping beliau dan berjabat tangan sudah menjadi sebuah percakapan batin. Terakhir saya berjumpa beliau saat bersama tim majelis taklim hadir secara langsung di TVRI Jakarta untuk mengikuti kajian subuh yang dibawakannya secara live di TVRI. Beberapa kali saya mengisi pengajian zoom pada kajian NUO (Nasaruddin Umar Official). Kajian yang saya bawakan biasanya membahas tentang teosofi.
Prof. Dr. K. H. Nasaruddin Umar dikenal luas sebagai seorang ulama, cendekiawan, dan akademisi yang memiliki pemikiran progresif dalam upayanya untuk mempertemukan berbagai elemen budaya, agama, dan kepercayaan di Indonesia. Karena itu, beliau layak disebut sebagai seorang teosof Islam Nusantara. Beliau tidak hanya mendalami dan mempraktikkan Islam, tetapi juga memahami dan menyatukan berbagai elemen spiritual dan kebudayaan Nusantara dalam kerangka pemikiran Islam yang inklusif. Nasaruddin Umar berhasil memperlihatkan bagaimana Islam dan nilai-nilai lokal dapat berdampingan dengan harmonis tanpa kehilangan identitas atau nilai fundamental masing-masing.
Sebutan "teosof Islam Nusantara" untuk beliau muncul karena pendekatannya yang penuh kedalaman dan terbuka terhadap berbagai nilai spiritual dan mistis dalam kebudayaan Nusantara. Teosofi sendiri adalah ajaran yang menekankan pemahaman mendalam tentang Tuhan dan hubungan manusia dengan alam semesta, melibatkan pencarian spiritual yang melintasi batas agama dan budaya. Dalam konteks Nusantara, teosofi mencakup berbagai bentuk ajaran kebatinan, tasawuf, hingga mengakar kuat dalam kebudayaan dan keyakinan masyarakat Indonesia.
Salah satu kontribusinya adalah pandangannya yang menekankan pentingnya hubungan antarumat beragama yang harmonis serta toleransi dalam keberagaman. Baginya, teosofi adalah jembatan yang menghubungkan berbagai agama dan aliran, menjembatani manusia dengan Tuhan melalui jalan spiritual yang bisa ditempuh siapa saja, tidak hanya dalam tradisi Islam tetapi juga dalam kearifan lokal Nusantara.
Sebagai tokoh lintas batas, K.H. Nasaruddin Umar pernah menjadi Wakil Menteri Agama Republik Indonesia dan saat ini Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta dan diamanahkan menjadi Menteri Agama. Dalam kapasitanya tersebut, ia memfasilitasi dan mendorong kegiatan yang mempromosikan pluralisme, moderasi, dan toleransi beragama. Misalnya, dalam upayanya mempromosikan Islam yang rahmatan lil alamin (rahmat bagi seluruh alam), Nasaruddin sering mengadakan pertemuan lintas agama yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan dan memperkuat kohesi sosial di masyarakat yang majemuk, bahkan baru-baru ini menerima kehadiran Pemimpin puncak umat Khatolik di Istiqlal.
Tidak hanya itu, ia juga mendirikan Pusat Studi Al-Qur'an (PSQ) di Jakarta yang menjadi wadah kajian Islam dengan pendekatan kontekstual dan moderat. PSQ juga mendorong para akademisi dan cendekiawan Muslim untuk meneliti hubungan Islam dengan budaya lokal serta nilai-nilai teosofi Nusantara. Dalam forum ini, beliau menekankan bahwa Islam di Indonesia harus diwarnai oleh pendekatan yang menghargai kebhinekaan dan kekayaan tradisi Nusantara.
Sebagai tokoh yang mendalami tasawuf, beliau berusaha menyampaikan ajaran-ajaran Islam melalui pendekatan yang sarat dengan nilai-nilai sufistik, seperti cinta kasih, kedamaian, dan keadilan. Nilai-nilai sufistik ini sejalan dengan nilai-nilai teosofi Nusantara yang juga menekankan pada kedamaian batin dan harmonisasi dengan alam semesta. Beliau juga memperkenalkan pendekatan Islam yang lebih reflektif dan kontemplatif melalui pengajaran tasawuf di kalangan masyarakat. Ia memandang tasawuf sebagai alat penting untuk mengembangkan spiritualitas yang inklusif dan menghargai keragaman. Beliau mengingatkan kepada masyarakat terkait renggahnya hubungan agama dengan pemeluknya yang perlu diantisipasi dan dicarikan solusinya.
Sebagai seorang teosof Islam Nusantara, beliau menghadapi tantangan besar, terutama dalam menjaga keseimbangan antara ajaran Islam dan kearifan lokal. Tidak semua kalangan setuju dengan pendekatan yang ia usung, terutama dari kelompok-kelompok yang lebih ekslusif-konservatif, beraliran garis keras. Meski demikian, Nasaruddin tetap berkomitmen pada jalan moderatnya dan terus mendorong dialog serta pemahaman yang lebih inklusif.
Peran K.H. Nasaruddin Umar sebagai seorang teosof Nusantara sangat penting dalam membangun tatanan masyarakat yang lebih harmonis, moderat, dan toleran di Indonesia. Kiprah dan pemikirannya membuktikan bahwa Islam dan budaya lokal bukanlah dua entitas yang harus dipisahkan, tetapi bisa saling melengkapi dan memperkaya. Melalui pendekatan ini, ia telah memberikan kontribusi yang besar dalam membumikan Islam yang damai dan penuh cinta kasih, selaras dengan nilai-nilai teosofi Nusantara yang menjunjung tinggi kerukunan dan kedamaian.
Terimakasih Pak Menteri Agama atas kedatangan dan kehadirnnya dalam perayaan Dies Natalis. UIN Alauddin Makassar mendapat berkah dari kedatangan Bapak. UIN Alauddin adalah PTKIN pertama yang dikunjungi oleh Bapak Menteri. Saat menyampaikan sambutan, terlihat figur kecendikiawanan, sufis dan teosofis terefleksi dalam untaian kalimat yang sejuk dan informatif yang dapat menambah wawasan kami. Semoga Allah senantiasa menjaga dan memberikan rahmatNya dalam setiap perjalanan Bapak Menteri.
Sungguminasa 15 November 2024