Me"Nyalakan" Perempuan Arab

  • 10:17 WITA
  • Administrator
  • Artikel

Jarum jam menunjukkan pukul 17.20 waktu Saudi saat saya landing di Jeddah Internasional Airport. Segera semua penumpang yang berasal dari luar negeri termasuk kami rombongan jemaah menuju counter pelayanan imigrasi sebagai syarat memasuki negara orang lain.

Ada pemandangan yang unik yang belum pernah saya temukan sebelumnya saat bepergian umrah pada tahun-tahun sebelumnya.

Jika dahulu pelayan di counter imigrasi semuanya hampir laki-laki. Sekarang ini saat saya tiba di sana, semuanya perempuan. Tidak ada laki-laki. Perempuan+perempuan petugas imigrasi itu ada yang berjilbab seperti kita di Indonesia, ada juga yang hanya memakai kerudung, masih tampak rambut depannya. Ada juga beberapa memakai cadar tetapi jumlahnya sangat sedikit.

Perempuan petugas imigrasi itu menyambut kedatangan kami dengan sangat ramah, bahkan yang memeriksa saya itu bisa sedikit  berbahasa Indonesia.

Di sejumlah dinding, di pakaian petugas, termasuk pakaian petugas cleaning service mesjid al-Haram (Mekkah-Medinah) tertulis VISION 2030.

Rupanya Vision 2030 merupakan target Kerajaan Saudi Arabia di bawah kepemimpinan Muh.Salman untuk melepaskan Saudi dari ketergantungan pada dunia dan menjadikan Saudi sebagai negara yang mandiri. Oleh karena itu diperlukan reformasi di berbagai bidang termasuk pada emansipasi perempuan dan melepaskan pemerintahan dari ikatan ideologis kelompok Wahabi. 

Upaya me"nyala" kan perempuan yang digagas oleh Muhammad Salman luar biasa. Jika dahulu perempuan mengalami marginalisasi hampir di semua sektor, saat ini perempuan mendapatkan panggung untuk berkegiatan dan berkreasi.

Pada Senin (29/5/2023), Rayyanah Barnawi dan Ali Alqarni memulai persiapan meninggalkan Stasiun Antariksa Internasional (ISS). Para astronot Arab Saudi itu akan meninggalkan ISS pada Selasa (30/3) pagi. Dalam penerbangan menuju ISS, Barnawi dan Alqarni menyebut misi itu wujud visi jangka panjang Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman.

Vision 2030 berimplikasi terhadap berbagai sektor kehidupan. Salah 

satunya adalah transformasi perempuan Arab Saudi yang dinilai lebih 

modern

khususnya di bidang sosial budaya. Di antaranya 

kebebasan perempuan untuk beraktivitas di ruang publik, bahkan tanpa 

kehadiran pendamping sah (mahram) dan tanpa menggunakan cadar atau 

burqa. Perempuan juga diberikan kebebasan dalam bidang pendidikan 

seperti tidak terbatasnya pemilihan jurusan studi, bidang politik seperti 

diperbolehkan menjadi politikus dan menjabat menteri, serta dalam 

bidang ekonomi.

Kebijakan ini mendapat dukungan dari Sheikh Abdullah al￾Mutlaq, seorang anggota Majelis Ulama Saudi, yang mengatakan bahwa wanita harus 

berpakaian sopan, tapi bukan berarti mereka harus memakai cadar.

Saat ini perempuan dapat lebih bisa menunjukkan ekspresi diri dan mengutarakan 

pemikirannya dengan terbuka.

Diperbolehkan ke bioskop, konser music, bahkan ikut kontes Ratu Kecantikan sedunia (Miss Universe)

Mengutip pernyataan Muhammad Salman yang dituturkan oleh Islah Bahrawi bahwa jika Arab Saudi masih mempertahankan sistem status qou yang dijalankan seperti sebelumnya, maka Saudi akan menjadi bangsa yang paling primitif di dunia.

Hari ini masyarakat dunia menanti gebrakan apalagi yang akan dilakukan oleh Raja Saudi Muh. Salman untuk melakukan modernisasi negaranya sehingga dipandang sebagai negara maju dari semua sisi.

Mekkah 26 Juli 2024