Di sebuah pesantren, seorang kyai memberikan nasehat di hadapan ribuan santrinya yang akan berlbur pada pertengahan tahun. Sambil menyampaikan nasihat, dia menceritakan pengalaman pribadi tentang kepergiannya berangkat haji bersama istrinya. Dalam ceramahnya, Kyai itu menyampaikan kepada para santri bahwa untuk berangkat haji, dia hanya WAJIB menabung uang sebesar Rp, 2.000/hari. Pada tahun itu (1989) biaya hanya hanya sebesar Rp. 5.150.000 (berdasarkan SK Presiden no 1/1989)
Sepulang dari menghadiri pengajian tersebut, beberapa santri yang kritis berkumpul di asrama, lalu mencoba mengingat kembali tentang perjalanannya menunaikan ibadah haji yang hanya menyisihkan uang Rp, 2.000/hari. Beberapa santri itu kemudian mencoba mengalkulasi berapa jumlah uang yang terkumpul jika hanya menabung Rp. 2.000 perhari.
Mereka pun mememukan haslnnya bahwa 1 tahun sama dengan 365 hari. Jika 365 x 2.000, maka uang akan terkumpul sebesar Rp. 730.000,- dan tentu ini tidak mencapai untuk pembiayaan haji pada tahun itu, apalagi jika berangkat bersama istri tentu akan mencapai sekitar 10 jutaan.
Cerita yang kurang masuk akal dari kyai ini membuat para santri penasaran. Apakah Kiyai salah ucap, atau bercanda, atau ada pesan yang ingin disampaikan. Keesokan harinya, para santri ini memberanikan diri menemui Kiyai. Mereka pun disambut di teras rumahnya, lalu dia bertanya; Ada maksud apa pagi ini ke rumah saya?
Para santri itu pun menceritakan tujuannya datang ke rumah kyai, yaitu untuk mengonfirmasi kisah perjalanan Kiyai menunaikan ibadah haji bersama istri dengan cara WAJIB menabung Rp. 2.000/hari. Mendengar pertanyan dan konfirmasi ini, Kyai tersenyum seraya menghela nafas panjang. Dia berkata;
Wahai anak-anakku, apa yang saya sampaikan itu adalah cerita nyata, saya tidak dalam bercanda atau bergurau. Dengarkan kembali kata-kata saya, atau boleh cek kembali rekaman ceramah saya. Kan saya bilang bahwa saya menunaikan ibadah haji bersama istri itu, cara hanya WAJIB menabung Rp. 2.000/hari. Itu yang WAJIBNYA, yang SUNNATNYA kadang Rp.100.000/minggu, bahkan juga Rp. 500.000.. Memang yang WAJIBNYA hanya 2000, tetapi yang SUNNATnya jauh lebih banyak dari yang wajib. Saya hanya ingin mengajarkan kepada semua santri, jika ingin surga Allah, jangan terlalu mengandalkan pahala wajib, sebab rasa-rasanya itu tidak cukup. Karena itu perbanyaklah pahalamu untuk meraih surge dengan memperbanyak amaliah sunnat.
Nasihat Kyai di atas menyadarkan kita bahwa untuk menggapai rahmat Allah, tidak cukup hanya sebatas mengerjakan amaliah wajib saja, tetapi harus memperbanyak dengan amaliah sunnah. Itu sebabnya Nabi bersabda; Barang siapa yang menghidupkan sunnahku, maka berarti dia mencintaiku, dan barang siapa yang mencintaiku, maka dia bersamaku kelak di dalam surga. Mau masuk surge…? Perbanyaklah amaliah sunnah.
Selamat menunaikan ibadah puasa.