Jumat sore sepulang dari kampus, saya mendapati segerombolan anak-anak remaja (Gen-Z) yang berpakaian sorban, dan berbaju putih (koko). Di atas iring-iringan, dengan rasa bangganya menghisap rokok, sesekali mengepulkan asap ke udara. Mereka memamerkan “keberaniannya” menantang Tuhan di tengah keramaian manusia. Mereka seakan bangga dengan dosa-dosa yang dilakukan, dan pekaian yang dikenakan seakan membawa “pesan” desakralisasi.
Saya menduga mereka mencoba membuat sebuah konten media sosial untuk tujuan viral. Dengan cara melakukan sesuatu yang bertentangan secara agama dan kultur, mereka berharap akan menjadi terkenal. Mereka aktivitas sensasional dan kontroversial agar kehadirannya menjadi berita menarik dan headline di pemberitaan media massa.
Ada dua cara bagaimana cara untuk menjadi manusia headline. Dalam perspektif agama, Rasulullah saw pernah bersabda: Bul al-Zam-zam Fatu’raf (Kencingi Air Zam-Zam, maka Engkau akan terkenal). Di sisi lain, Nabi juga bersabda: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling baik dan bermanfaat bagi manusia lainnya”. Dua hadis ini dapat menginspirasi kepada siapa saja yang ingin menjadi manusia headline.
Pada hadis pertama, Rasul mengemukakan sabda dengan nada sindiran atau celaan, bahwa jika manusia ingin terkenal dapat melakukan sesuatu yang kontroversial dan sensional, yaitu dengan cara mengencingi air zam-zam yang sangat dihormati dan dijaga oleh masyarakat Muslim (dalam kontek masyarakat Arab pada masa itu). Ini bermakna, bahwa Rasulullah melarang umatnya menjadi berita utama (headline) disebabkan oleh suatu perbuatan atau pemikiran yang tercela, bertentangan dengan normal agama dan moral sosial. Namun sebaliknya, Rasulullah saw menghendaki umat manusia menjadi manusia headline melalui prestasi, baik secara akademik, sosial-ekonomi maupun kultural, agar dia menjadi contoh teladan yang menginspirasi bagi masyarakat. Manusia seperti ini menurut Rasul adalah mereka yang terbaik di antara manusia, karena dapat mendatangkan inspirasi dan maslahat (kebaikan) bagi orang lain.
Hari-hari ini negara kita, banyak sosok yang menjadi headline bukan karena prestasi, tetapi karena sensasi, entah karena pelanggaran norma sosial dan agama, atau terlibat korupsi, terorisme dan sensasi seperti yang sering dipertontonkan oleh para Gen-Z. Jika minset seperti ini menjadi kebiasaan alam bawah sadar, baik para pelaku maupun masyarakatnya, maka tidak heran jika berita-berita yang muncul di media sosial adalah berita viral yang tidak mampu menginspirasi untuk hadirnya sebuah peradaban yang baik.
Remaja Gen. Z itu mestinya belajat dari binatang Komodo yang bebera tahun lalu viral dan menjadi headlines di media massa. Keberadannya sebagai satwa langka bahkan menjadi icon kontingen Indonesia pada saat pembukaan Sea Games ke-26 di Palembang. Hadirnya Komodo sebagai headline bukan karena reputasi buruk, tetapi justeru karena kehadirannya memberi berkah bagi bangsa Indonesia, terutama masyarakat Nusa Tenggara Timur. Sebagai salah satu nominasi the New7 Wonder yang mengalahkan taman alam lainnya di penjuru dunia ini, Komodo menjadi daya tarik, baik wisatawan domestik maupun mancanegara. Menurut hari Fajar, sejak Komodo masuk dalam babak nominasi, terjadi peningkatan kunjungan wisatawan hingga 300%. Ini tentu memberi angin segar bagi perkembangan perekonomian masyarakat, khususnya di Nusa Tenggara Timur.
Yang paling menarik, Komodo itu tidak menyadari dan tidak tahu kalau dia viral dan masuk nominasi dan memenangkan kompetisi seleksi the New7 Wonder, tapi yang mengambil manfaat dari kemenangan ini adalah masyarakat sekitarnya dan Indonesia pada umumnya.
Selamat menunaikan ibadah puasa