Keteladanan Para Pemimpin

  • 11:00 WITA
  • Administrator
  • Artikel

Seorang pemikir pendidikan Muhamamd Fadil al-Jamali (1993) menyatakan bahwa keteladanan sangat berpengaruh dalam membentuk kehidupan seseorang. Ini disebabkan, manusia secara psikologis lebih banyak mendengar, melihat lalu meniru  segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Demikian pula Albert Bandura, seorang psikolog Stanford Amerika menyatakan bahwa sikap dan perilaku seseorang sangat diperanguhi oleh interkasinya dengan lingkungan di sekitar. 

Pepatah “guru kencing berdiri, murid kencing berlari” juga merupakan sebuah kearifan lokal yang mengajarkan kepada masyarakat bahwa keteladan begitu penting dalam membentuk karakter seseorang. Itulah  sebabanya Tuhan menyatakan bahwa Nabi Muhammad saw adalah teladan yang paling baik (uswatun hasanah). Dia adalah pribadi yang paripurna yang senantiasa mengedepankan teladan bagi pengikutnya. Sayangnya jarak kehidupan Nabi dengan masyarakat (umatnya) hari ini sudah terlalu jauh. Dua dokumen yang maha penting  (al-Quran dan Hadis) yang dia tinggalkan sebagai pedoman hidup kurang mampu dihayati dan diamalkan oleh sebagian pengikutnya. Kesetiaan dan kecintaan sebagai pengikutnya hanya sebatas retorika dan seremonial, tidak diaktualisasikan melalui perilaku yang konkret yang menjunjung tinggi moralitas al-Quran. 

Dalam sebuah perjalanan, saya berhenti di lampu merah dan  menempatkan mobil saya sedikit agak ke bagian kiri jalan. Ini saya lakukan karena mendengar bunyi serene di belakang mobil yang saya duga adalah ambulance. Ternyata dugaan saya keliru, sebab yang melintas dan menerobos lampu merah dengan kecepatan tinggi itu adalah mobil plat merah yang dikawal polisi.  

Saya hanya menduga bahwa yang berada di dalamnya pasti pejabat. Yang  menjadi pertanyaan besar saya dan juga mungkin bagi masyarakat awam, apakah di dalam aturan lalu lintas para pejabat memiliki keistemewaan, sehingga diperbolehkan menerobos lampu merah? Di negara-negara maju, hanya ada dua mobil yang diizinkan melintas saat lampu merah, yaitu ambulance dan pemadam kebakaran (kondisi emergency)

Saya berpendapat, seandainya pejabat itu juga berhenti di lampu merah meski dalam pengawalan polisi, maka ini akan menjadi pendidikan dan pencerahan yang sangat baik untuk masyarakat. Para pemimpinnya telah memberi teladan yang langsung dapat dicontoh oleh masyarakat. Hemat saya, berhenti di lampu merah tidak sampai 5 (lima) menit, maksimal satu menit (60 detik) atau 90 detik (khususnya di Makassar). Artinya, hilangnya waktu seperti ini tidak membuat pejabat tersebut terlambat datang pada acara mereka. Akan tetapi, faktanya pejabat juga melanggar, sehingga masyarakat terkadang juga sulit diatur menaati rambu-rambu. Mereka berujar: “Pejabat juga melanggar lalu lintas”.

Ungkapan singkat masyarakat ini mengindikasikan bahwa mereka memerlukan figur dan keteladan dari orang yang dihormatinya. Dalam sebuah teori kenegaraan, masyarakat itu bagaikan bayang-bayang badan.  Seperti apa  gerakan badan, maka seperti itu  pula bayang-bayangnya.

Suatu hari, Nabi Muhammad saw ditanya oleh salah seorang sahabatnya tentang bagaimana cara atau pendekatan supaya anak-anak menjadi patuh, taat dan berbakti kepada orang tuanya. Nabi saw menjawab dengan sederhana: Birru aba’akum tabirrukum abnaukum. (Berbaktilah kepada orang tuamu, maka anak-anakmu juga akan berbakti kepadamu). Hadis ini menerangkan bahwa keteladanan menjadi salah satu metode atau pendekatan yang sangat penting dalam semua aspek kehidupan baik di bidang moral, spiritual maupun sosial.