Tanggal
17 Mei merupakan momentum yang bersejarah bagi Indonesia dalam bidang literasi,
pasalnya pada tanggal tersebut diperingati 3 hari besar yakni Hari Buku
Nasional (HARBUKNAS), hari berdirinya Perpustakaan Nasional (PERPUSNAS)
tepatnya 17 Mei 1980 dan hari berdirinya Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) yang
berdiri pada tanggal 17 Mei 1950. Momentun tanggal 17 Mei ini tentu diharapkan
menjadi sesuatu yang sangat dinantikan oleh para pegiat literasi untuk terus
mengkampanyekan dan mensosialisasikan bidang literasi baca tulis di masyarakat,
apalagi ditengah perkembangan kemajuan teknologi internet yang canggih ini
membuat generasi milenial hampir seluruh mengalami kecanduan. Menggunakan
teknologi internet dengan positif tentu akan memberikan manfaat serta bisa
membuat seseorang produktif, namun apa jadinya jika menggunakan teknologi
internet dengan aktivitas yang negatif seperti menggunakan sosial media yang
tak mengenal batas waktu, perjudian online, game online, pornografi dan lain
sebagainnya. Hal inilah yang menjadi salah satu kendala para pegiat literasi
untuk terus memberikan pemahaman kepada generasi milenial tentang betapa
pentingnya kompetensi literasi baca tulis untuk dimiliki para generasi milenial
di era smart society 5.0.
Jika
berbicara tentang peringatan Hari Buku Nasional tentu akan mengarah kepada
persoalan minat baca dan menulis masyarakat, bagaimana dengan perkembangan
minat baca masyarakat saat ini serta bagaimana produktifitas menulis masyarakat
yang masih menjadi perbincangan hangat dan menjadi isu isu yang sering
dibicarakan di forum-forum seminar. Tentu ketika kita melihat data beberapa tahun
terakhir tentang perkembangan literasi di Indonesia yang dikeluarkan UNESCO dan
PISA tentu merupakan sesuatu hal yang belum bisa dibanggakan tetapi ada hal
yang mengejutkan 2 tahun terakhir ini terkait dunia tulis menulis di Indonesia
mengalami peningkatan poduktifitas menulis buku yakni dimulai di tahun 2019
hingga saat ini. Data pada website IKAPI (ikapi.org) menyebutkan pada
tahun 2015 Indonesia hanya mampu menerbitkan buku lebih dari 30.000 judul,
kemudian data yang dikeluarkan oleh Perpustakaan Nasional melalui websitenya (isbn.perpusnas.go.id)
pada tahun 2017 menerbitkan 69.964 judul dan 76.048 ISBN, 2018 menerbitkan
89.056 judul dan 95.852 ISBN, 2019 menerbitkan 114.884 judul 123.227 ISBN, 2020
menerbitkan 134.447 judul dan 144.793 ISBN serta di tahun 2021 menerbitkan 147.404
judul dan 159.330 ISBN. Data ini tentu menunjukkan peningkatan yang signifikan
dari tahun 2015 hingga tahun 2021 yang mencapai peningkatan hampir 4 kali
lipat.
Produktifitas
menulis masyarakat Indonesia 2 tahun terakhir ini bisa dilihat sejak awal
pandemi sampai saat ini dimana ditahun 2019 saja Perpustakaan Nasional
menerbitkan lebih dari 100 ribu ISBN, padahal ditahun 2018 sebelum pandemi
Perpustakaan Nasional hanya menerbitkan dibawah 100 ribu ISBN. Tentu pandemi
ini juga membawa sisi positif bagi masyarakat karena dengan tinggal dan bekerja
dari rumah membuat minat serta produktifitas menulis masyarakat menjadi sangat
meningkat. Namun perlu diketahui bahwa peningkatan produktifitas menulis
masyarakat Indonesia semenjak ditahun 2019 hingga 2021 dianggap tidak wajar
hingga mendapat teguran dari Badan ISBN Internasional yang berpusat di London
Inggris, hingga Perpustakaan Nasional sebagai agensi ISBN di Indonesia mendapat
penundaan sementara pemberian ISBN. ISBN (Internasional Standart Book Number)
merupakan kode pengidentifikasian buku yang diberikan oleh Badan Internasional
ISBN di Inggris dengan kode nomor khas 978-623 dengan jatah nomor ISBN sebanyak
1 juta ISBN dengan perkiraan nomor tersebut akan habis dalam kurung waktu 10
tahun, namun di negara lain ada yang sampai 15 bahkan 20 tahun menghabiskan
jatah nomor 1 juta ISBN tersebut.
Hal
yang membuat Indonesia ditegur oleh Badan Internasional ISBN di Inggris yakni
penggunaan jatah ISBN yang baru diberikan di tahun 2018 lalu membengkak lebih
dari 50% di tahun 2022. Dikutip dari laman teraju.id, Alokasi 1 juta nomor itu diberikan kepada Indonesia terakhir
tahun 2018, tetapi tahun 2022 pemberian ISBN sudah membengkak lebih dari 50%
mencapai 623.000 judul. Bayangkan hanya tersisa 377.000 nomor lagi. Jika
rata-rata Indonesia menerbitkan 67.340 judul buku per tahun (sebagaimana data
Perpusnas RI, 2021), nomor itu akan tersisa sekitar untuk enam tahun lagi. Adanya
teguran ini membuat Perpustakaan Nasional dengan cepat mengeluarkan surat yang
ditujukan kepada seluruh pimpinan penerbit pada tanggal 25 April 2022 dengan
No: 663a/3.2/DPB.05/IV.2022 perihal penataan layanan ISBN, Kondisi ini membuat
perlunya pengawasan dan peninjauan oleh pihak Perpustakaan Nasional tentang
penggunaan nomor ISBN yang mengalami keterpakaian diluar kewajaran.
Kondisi ini bisa dilihat dari dua sisi, yang
pertama yakni menandakan produktifitas menulis masyarakat Indonesia mulai
mengalami peningkatan yang sangat signifikan, itu juga tentu berpengaruh kepada
minat baca masyarakat karena tidak semua orang yang suka membaca buku itu bisa
menulis tetapi orang yang menulis pasti membaca buku, oleh karena itu dengan
produktifitas menulis yang ditunjukkan dari beberapa data ini tentu kita
berharap juga memberikan peningkatan minat baca kepada masyarakat. Selanjutnya
yang kedua adalah melihat sisi kualitas buku yang dihasilkan, tentu ada yang
berpendapat jangan sampai buku yang dihasilkan itu tidak bermutu dan berbobot, tentu
pendapat ini bisa diterima tetapi menulis buku itu tidak gampang perlu kerja
keras intelektual seseorang sehingga bisa menghasilkan sebuah buku, karena
tidak semua orang mampu menulis satu halaman apalagi jika menulis buku yang
harus melebihi 40 halaman standar UNESCO maka perlu apresiasi terhadap orang
yang menulis buku meski buku yang dihasilkan masih jauh dari kualitas yang
diharapkan, semua butuh proses bahkan tentu seorang penulis terkenal seperti
Pramoedya Ananta Toer, Andrea Hirata, Tere Liye dan sebagainya juga memulai
menulis buku dengan banyak kekurangan tetapi dengan proses yang dilalui hingga
menghasilkan buku yang berkualitas hingga best seller. Intinya
menulislah apapun itu, baik dari pengalaman, apa yang dirasakan, ditulis saja
karena dari situlah awal terbentuknya karakter untuk gemar menulis. Selamat
Hari Buku Nasional, Selamat Hari Jadi Perpustakaan Nasional ke 42 dan Selamat
Hari Jadi IKAPI ke 72, teruslah maju dunia literasi Indonesia.