Garuda Indonesia dengan kode GIA 1105 yang mengangkut 450 jemaah haji asal Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel), terpaksa melakukan pendaratan darurat usai mesin pada sayap sebelah kanan terbakar. Pesawat Garuda Indonesia yang membawa jemaah haji Kelompok Terbang (Kloter) 5 itu terbakar saat diduga baru saja lepas landas dari Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar, Kabupaten Maros, Sulsel, pada Rabu (15/5/2024). Keputusan RTB tersebut diambil oleh Pilot in Command (PIC) segera setelah pesawat lepas landas dengan mempertimbangkan kondisi kendala mesin pesawat yang memerlukan pemeriksaaan lebih lanjut, setelah diketahui adanya percikan api pada salah satu mesin.
Media sosial pun ramai dengan perbicangan dan komentar. Saya pun juga turur berkomentar; Berkat doa banyak pengantar jemaah haji yg melepas dg air mata, juga doa para jemaah lalu energi doa itu menggetarkan kesadaran pilot,sehingga dia tahu ada masalah pada mesin pesawat, akhirnya melakukan RTB. Saya meyakini bahwa kekuatan doa yang ikhlas dari pengantar Jemaah yang datang ke airport melepas kepergian keluarganya, kadang disertai dengan isak tangis atau deraian air mata. Semuanya terbungkus dalam sebuah ikatan energi yang maha dahsyat, sehingga 450 jemaah asal Gowa selamat dari ancaman kecelakaan udara tersebut.
Doa sungguh sangat luar biasa. Orang beragama, dalam momentum apapun selalu menyertai aktivitasnya dengan doa. Begitu pula Islam, Rasulullah mengajarkan umatnya untuk senantiasa menghiasi hidup dengan doa yang dipanjatkan kepada Allah. Rasul berkata bahwa doa itu adalah simpul ibadah. Allah juga berfirman dalam QS. Ghafir; 60 “Berdoalah kalian niscaya Aku kabulkan”. Atas dasar inilah umat Islam berdoa kepada kepada Allah meminta apa yang dia inginkan.
Hakikat doa dalam Islam adalah sebuah konsep yang terkait dengan keberagamaan dan hubungan antara manusia dengan Allah SWT. Doa tidak hanya berarti meminta pertolongan atau permintaan, tetapi juga berarti berlindung kepada Allah dan memanggil-Nya demi mendapatkan manfaat atau kebaikan dan menolak gangguan atau bala. Hakikat doa menunjukkan bahwa seorang hamba menampakkan bahwa dirinya benar-benar membutuhkan Allah Yang Mahasuci, dengan melepaskan diri dari segala kekuatan dan daya manusia. Doa juga memiliki syarat-syarat dikabulkannya, seperti mengikhlaskan ibadah dan niat kepada Allah SWT, serta terbebas dari syirik, riya, dan sum'ah. Dalam Islam, doa dipandang sebagai sebuah penjabaran tauhid dalam manusia, yang menjadikan doa sebagai perkara besar yang tidak hanya berlandaskan prinsip fiqh amaliyah semata, tetapi juga memiliki kedalaman rohani terhadap nilai-nilai ketauhidan dan aqidah Islam yang kuat.
Sebagian ulama membagi kepada dua jenis. Pertama, doa eskatologis yaitu jenis doa yang isinya berkaitan dengan permohonan ampunan atas segenap dosa yang dilakukan agar terhindar dari siksa api neraka, menghindari bala bencana, dan permohonan agar Tuhan berkenan memasukkan ke dalam surga. Doa seperti ini biasanya dilafalkan sambil mengangkat kedua tangan sebagai simbolisasi permohonan. Doa-doa semacam ini umumnya biasa ditemukan di dalam al-Quran dan cirinya diawali dengan ungkapan Rabbana, bukan allahumma. Kedua, doa kasbi yaitu jenis doa yang berkaitan erat dengan usaha manusia. Manusia dituntut untuk banyak berikhtiar (berusaha) sekuat tenaga untuk meraih keinginannya, seperti keinginan untuk lulus ujian, atau keluar menjadi pemenang sebuah kontestasi. Dalam konteks ini, berlaku sunnatullah atau hukum alam. Artinya meski manusia tidak melafalkan doa dan mengangkat tangan, tetapi jika dia berusaha dan berjuang dalam koridor yang benar dan tepat, pada hakikatnya dia telah berdoa. Seluruh sel dan DNA berdoa sesuai dengan usaha dan perjuangan yang dilakukan.
Semoga jemaah haji Indonesia selalu dimudahkan dalam menjalan ibadah haji.