Aku merasa bahagia, dan tersanjung begitu menemukan stiker Ibu Jari muncul di beranda WA yang dikirim oleh seseorang. Stiker Ibu Jari itu menurutku lebih dari sekadar sebuah narasi apresiasi atau penghargaan seperti kata; (bagus, hebat, baik, mantap atau luar biasa) tetapi memiliki kedalaman makna dari sebuah ungkapan yang tak terbahasakan oleh si pengirim Jempol.
Kiriman stiker Ibu Jari (thumb-Inggris) ini membuatku merenung secara mendalam tentang makna filosofis yang ada padanya. Aku meyakini bahwa setiap yang Allah ciptakan, pasti terkandung nilai dan pembelajaran yang dapat dipetik. Ibu Jari bukanlah seperti jari manis yang selalu menjadi kebanggaan, atau telunjuk yang selalu memerintah. Ibu Jari hanyalah bagian jemari yang sampai akhir zaman tidak pernah diberi cincin berlian, seperti jari manis (jari kesayangan), tetapi Ibu Jari mengajarkan banyak hal kepada manusia. Stiker Ibu Jari yang dikirim ini akhirnya menginspirasi saya menuliskannya di kolom kecil ini.
Ibu Jari memang memiliki keunikan dibanding jari-jemari lainnya. Itulah kenapa dia disebut sebagai ibu dari semua jari, karena menjadi induk dari semua jemari yang kita miliki. Hemat saya, penobatannya sebagai ibu dari semua jari tentu ini bukan tanpa alasan. Ibu jari memiliki kelebihan dibanding jemari lainnya.
Ibu jari dapat menjadi simbol apresiasi dan penghargaan non verbal terhadap orang. Sepengetahuan saya, hampir semua manusia di belahan dunia ini memahami bahwa jika Jembol/Ibu Jari (thumb) diangkat meningindikasikan adanya apresiasi dari seseorang kepada orang lain. Ibu Jari mampu menggantikan bahasa verbal menjadi bahasa non verbal yang dapat dipahami oleh siapapun. Tidak perlu berteriak menyampaikan kata apresiasi (baik, hebat, bagus), cukup angkat jembol, apalagi kedua jempol (kiri-kanan) kepada orang yang dimaksud, maka dia pasti dapat memahami maknanya.
Ibu Jari juga mampu menjalin komunikasi dengan baik kepada empat jari lainnya. Coba sentuhkan permukaan ibu jari dengan permukaan jemari lainnya (kelingking, jari manis, tengah atau telunjuk), maka sentuhannya pasti lebih sempurna jika dibanding empat jari lainnya. Ibu jari mengajarkan manusia untuk senantiasa membangun komunikasi dalam kehidupan yang prnuh harmoni untuk membangun co-existence (hidup bersesama)
Di saat orang berzikir tanpa menggunakan tasbih, hanya ibu Jari yang digunakan untuk menghitung berapa banyak jumlah zikir yang dibaca dengan menyisir garis-gari yang ada di setiap jemari lainnya. Begitu pula ketika pramugari menghitung jumlah penumpang, Ibu Jarinya sangat cekatan memencet alat penghitung. Dalam kaitan ini, ibu Jari mengajarkan makna spiritualitas. Ibu Jari yang menuntun kita menyebut nama-nama Allah yang mulia. Ibu Jari yang bergerak di alam bawah sadar kita mengiringi lantunan zikir yang diucapkan.
Ketika masa kanak-kanak, kami sering kali bermain jemari untuk menentukan pemenang. Biasanya mereka memakai Ibu Jari, Telunjuk dan Kelingking. Jika Ibu Jari berhadapan dengan Telunjuk, maka Ibu Jari Menang, Telunjuk Kalah. Jika Telunjuk berhadapan dengan Kelingking, maka Telunjuk yang menang, Kelingking Kalah, Jika Ibu Jari berhadapan dengan Kelingking, maka Kelingking yang menang. Ibu Jari Kalah. Permainan ini menjadi analogi bahwa Ibu Jari sebagai (Ibu), Telunjuk sebagai (Pemimpin) dan Kelingking sebagai (anak-anak). Betapapun hebatnya pemimpin, dia tunduk di depan ibu. Presiden Jokowi, para tokoh agama, dan lain-lain pasti hormat dan tunduk kepada Ibunya. Akan tetapi, biasanya ibu sering mengalah kepada anak-anaknya (Ibu Jari versus Kelingking). Ini bukan berarti ibu tidak kuat, tetapi kasih sayang, kecintaan, dan perhatiannya melebih segalanya demi anak-anaknya.
Ibu Jari dapat mengganti telunjuk untuk menunjuk orang lain memasuki ruangan, atau menyilahkan seseorang untuk melakukan sesuatu, sebagai simbol penghargaan dan penghormatan kepada orang lain. Ibu jari juga merupakan simbol kebersihan. Hemat saya dari semua jemari yang kita miliki, hanya ibu jari yang jarang atau bahkan tidak pernah dimanfaatkan untuk membersihkan kotoran saat BAB.
Dari perbincangan ini, kita memahami bahwa sejatinya manusia mampu memerankaan dirinya seperti ibu Jari yang multi fungsi. Dia senantiasa memberi penghargaan kepada orang yang layak untuk dihargai, mampu membangun silaturrahmi dan komunikasi kepada siapa pun. Ibu Jari mengajarkan spiritualism sebagai media penghambaan dan mendekatkan diri kepadaNya. Di samping itu, ibu Jari juga memberikan pencerahan agar kita suka menolong, menyenangkan orang lain, menyayangi anak-anak, bahkan bisa mengganti peran orang lain di saat dia tidak mampu menjalankannya.
Selamat menunaikan ibadah puasa