Aisyah dan Khadijah

  • 10:19 WITA
  • Administrator
  • Artikel

 Mulia indah cantik berseri

Kulit putih bersih merah di pipimu

Dia Aisyah putri Abu Bakar

Istri Rasulullah

Aisyah

Romantisnya cintamu dengan Nabi

Dengan Baginda kau pernah main lari-lari

Selalu bersama hingga ujung nyawa

Kau di samping Rasulullah…

 

            Secuil lirik indah dari lagu Aisyah yang pernah dilantunkan Nisa Sabyan, demikian viralnya sehingga menginspirasi para netizen dan fans grup Sabyan untuk mencari tahu siapa Aisyah sebenarnya. Ada juga suara-suara ‘keras’ yang keberatan dengan lirik lagu itu, dan menganggap sebagai pelecehan kepada Nabi Muhammad. Mereka lupa bahwa fakta sejarah memang mencatat bahwa, di antara istri-istri Nabi, ada seorang wanita belia berumur sangat muda, belasan tahun yang tentunya masih memiliki sifat-sifat ‘manja’ dan kebeliaan, sebagaimana laiknya anak-anak gadis abg pada masanya. Dialah Aisyah putri Abu Bakar.

            Berbeda dari para istri Nabi yang lain, Aisyah memiliki keistimewaan tersendiri, yang membuatnya layak untuk dimuliakan, lebih dari sekedar sebagai tema lagu Nisa Sabyan. Aisyah menjadi istri muda Nabi, bukan atas keinginan dan hasrat beliau. Rasulullah menikahi Aisyah atas dasar ‘instruksi’ dari Allah yang diilhamkan melalui malaikat Jibril, yang pada saat itu di Mekah, Aisyah masih berusia kanak-kanak.

            Apa hikmah dari balik itu? Aisyah adalah pahlawan syariat Islam. Aisyah adalah wanita muda, energik dan cerdas yang mendampingi Rasulullah membangun masyarakat muslim pertama dengan syariat dari Allah swt. Tanpa Aisyah, banyak ilmu dan sumber hukum Islam yang tidak terekam dan sampai kepada kita. Satu sumber menyebutkan bahwa ada 299 sahabat Nabi yang meriwayatkan hadis dari Aisyah. Ini bukti bahwa Aisyah adalah salah satu rawi dan penghafal hadis Nabi saw.

            Lantas siapa Khadijah? Kita mengenal Khadijah sebagai istri pertama Rasululllah yang setia mendampingi beliau di kala dalam perjuangan dakwah dan penderitaan menghadapi siksaan kaum kafir Quraisy. Pada awalnya kaya raya, tetapi kemudian hartanya habis untuk mendukung dakwah suaminya sebagai rasul. Khadijah bukan wanita muda dan tidak semanja dengan Aisyah. Namun, Khadijah juga adalah pemimpin para wanita di surga kelak.

            Satu ketika di Mekah, Rasulullah masuk ke dalam rumahnya dan mendapati Khadijah sedang menggiling gandum dengan tangannya yang sudah rapuh akibat usia tua. Ada tetesan-tetesan air mata yang jatuh ke dalam penggilingan gandum tersebut. Rasulullan berkata, “Wahai istriku Khadijah, mengapa engkau menangis? Apakah engkau menyesal dengan keadaan ini semua? Menyesal bersuamikan seorang nabi yang akhirnya membuatmu miskin papa seperti sekarang ini?”

            Apa jawab Khadijah, sambil menyeka air matanya, “Wahai suamiku Muhammad rasulullah. Saya tidak menangis karena menyesal menjadi istrimu . Saya tidak menangisi hartaku yang habis dan menjadi miskin papa karena membantu dakwahmu dan sahabat-sahabatmu.” Nabi bertanya, “Lantas, apa yang membuatmu bersedih, wahai Khadijah?” Khadijah terdiam lalu menjawab, “Saya menangis dan bersedih wahai suamiku, karena saya masih sangat ingin membantumu dan menyerahkan seluruh hartaku di jalan Allah, tapi…hari ini yang tersisa tinggal tubuh tua dan penggilingan gandum ini. Sudah habis dan tidak ada lagi”  

            Rasulullah ikut menangis dan meraih tangan istrinya Khadijah, membuka telapak tangannya yang lecet berdarah akibat batu penggilingan yang kasar, dan berkata, “Khadijah istriku, pandanglah telapak tanganmu, itulah tempatmu nanti di surga.” Khadijah melihat istana yang sangat indah di telapak tangannya. Khadijah mengangkat wajahnya, tersenyum bahagia memandang suaminya. Tidak lama berselang, Khadijah wafat meninggalkan kedukaan yang amat mendalam di hati Rasulullah.

            Masih adakah wanita-wanita seperti Khadijah dan Aisyah di era milenial sekarang ini?