Banyak keberagamaan seseorang hanya sebatas sampai pada tahap percaya, tidak masuk pada ruang keyakinan. Seseorang misalnya bisa, saja percaya kepada adanya kematian, tetapi tidak yakin akan hari kebangkitan. Itulah sebabnya Allah pernah menyindir orang yang mengaku muslim tetapi dikategorikan belum beriman. “ Orang Arab berkata; kami sudah beriman. Katakan hai Muhammad kepada mereka, “Engkau belum beriman” tetapi katakanlah, “kami baru berislam”, sebab iman itu belum masuk ke dalam hatimu (QS. al-Hujarat; 14)
Ayat di atas menggambarkan bahwa ada orang Islam yang baru sebatas percaya. Percaya kepada Allah, kepada Nabi, kepada Malaikat, kitab, hari kiamat, tetapi belum meyakininya.
Untuk menangkap makna dan berpedaan antara percaya dan yakin, ilustrasi berikut mungkin bisa memperluas wawasan kita terkait kepercayaan dan keyakinan.
Seorang pemain sirkus kelas dunia mengadakan pertunjukkan sirkus di penghujung akhir tahun. Tema “The Spectacular Attraction of the Year” menyedot banyak perhatian masyarakat untuk menyaksikan pertunjukan apa gerangan yang akan diperlihatkan kepada masyarakat.
Di hadapan puluhan ribu penonton, pemain sirkus dunia itu menyampaikan rencana atraksinya untuk menyeberang dari satu gedung ke gedung yang lain yang dibatasi oleh jalan raya. Di atas ketinggian kurang lebih 50 meter dari tanah, tali kecil dibentang dari satu Gedung ke Gedung lainnya. Jalan yang membatasi Gedung merupakan jalan raya yang di dalam mobil, bus, truk dan moda transportasi lainnya hilir mudik, lalu-lalang memadari jalan raya.
Sebelum menjalankan atraksinya, pemain sirkus bertanya kepada penonton; Apakah kalian percaya saya bisa menyebarang di atas tali kecil dengan panjang kurang lebih 50 meter itu? Penonton menjawab; Kami percaya, karena anda hebat. Pemain sirkus itu bertanya, lagi apa kalian yakin jika saya bisa juga menggendong anak saya bersamaan berjalan di atas tali itu? Penonton serentak berkata; Kami yakin anda bisa ,karena anda hebat, anda adalah pemain sirkus dunia.
Pemain sirkus itupun kemudian naik ke Gedung, lalu perlahan meniti tali kecil yang membentang. Tampak tali itu bergoyang-goyang karena diterpak angin, Pemain sirkus itupun mencoba menyeimbangkan pergerakan tali, sambil menggendong anaknya. Semua orang tertegun, jantung berdegup kencang, mengkhawatirkan terjadi insiden. Sebab jika pemain itu terjauh, hampir dipastikan kematian akan merenggut nyawanya dan anaknya, sebab di jalan raya, mobil, truk dan sejenisnya hilir mudik.
Akhirnya, pemain sirkus itu tiba juga di Gedung dimana menjadi tempat tujuannya. Tepuk tangan, riuh rendah pun pecah memuji dan mengapresiasi kehebatan Pemain Sirkus tersebut. Semuanya salut dan takjub atas profesionalitasnya.
Pemain sirkus itupun kemudian mendekati penonton lalu bertanya. “Apakah anda percaya saya bisa kembali ke gedung semula? Penonton berkata; Kami yakin. Pemain sirkus itu bertanya lagi; ”Apakah anda yakin saya bisa kembali ke Gedung tersebut bersama anak saya?”. Penonton berkata, kami yakin sebab anda hebat dan professional.
Lalu pemain sirkus itu berkata; “Jika anda yakin dengan kemampuan saya, tolong serahkan salah seorang anak ibu/bapak untuk mengganti anak saya, untuk saya bawa ke Gedung sebelah“. Tidak ada seorang pun penonton yang mau dan berani menyerahkan anak atau cucunya untuk dibawah oleh pemain sirkus itu. Saat semuanya terdiam, Pemain Sirkus itu berkata; “Kalau begitu, Bapak/Ibu baru sebatas PERCAYA terhadap kemampuanku, tetapi belum YAKIN akan profesialitasku.
Beragama bukan sebatas hanya percaya, tetapi yang diperlukan adalah keyakinan…haqqul yaqin.
Selamat menunaikan ibadah puasa