Sakura; Simbolisasi Karakter Jepang

  • 09:41 WITA
  • Administrator
  • Artikel

Ada ungkapan yang sangat populer di kalangan Muslim, bahkan sering dianggap sebagai hadis Nabi, meski bukan hadis; Carilah ilmu meski ke negeria China (Shiin). Sebagian ulama memahami kata Shiin sebagai China seperti negara China hari ini, sebagian lain menganggap bahwa China yang dimaksud adalah Jepang (kuno) yang dahulunya merupakan bagian dari China Daratan.  

Di Jepang proses penaman nilai moral berlangsung sejak dini. Hadipranata (mantan Konselor RI di Jepang) pernah mengadakan penelitian terhadap moral anak-anak (baca-TK) Jepang dengan anak-anak (TK) SRIT (Sekolah Rakyat Indonesia Tokyo). Dua sikap yang diobservasi adalah; 1) kejujuran, dan 2) kebersihan.  

Di dalam sebuah laboratorium TK, sengaja disediakan swalayan tanpa penjaga (swalayan kejujuran), kursi dan sapu. Ruangan sengaja dikotori dengan sobekan kertas. Kondisi ini sama sekali tidak diketahui, baik oleh TK Jepang maupun TK SRIT. Kesempatan pertama masuk ke laboratorium adalah TK SRIT. Apa yang terjadi? Ketika pertama kali masuk, TK SRIT bukan mengambil sapu lalu membersihkan ruangan, tetapi menyerbu makanan dan memperebutkan kursi. Anehnya, kata Hadipranta, banyak anak-anak yang tidak membayar di Swalayan. Ruangan menjadi gaduh hingga terdengar tangisan anak-anak karena tidak kebagian makanan dan kursi.

Tiba giliran anak-anak TK Jepang. Ketika diberikan kesempatan masuk ruangan, mereka tidak menyerbu makanan, tetapi mengambil sapu dan membersihkan ruangan, lalu sebagian duduk di kursi dan sebagian lain mengambil makanan. Menurut pengamatan Hadipranata, anak-anak TK Jepang tersebut membayar makanan sesuai dengan harga yang tertera di makan tersebut.

Hadipranata lalu bertanya kepada anak-anak TK Jepang kenapa mereka sangat jujur dan menjaga kebersihan. Anak-anak itu menjawab ”jika kami mengambil makanan tanpa bayar, pasti yang punya swalayan rugi, jika rugi pasti penjualnya tidak mau lagi berjualan, jika tidak ada penjual, ke mana kami harus membeli makanan? Sejak kecil mereka sudah sadar makna kejujuran. Begitu pula penanaman nilai kebersihan. Mereka diajarkan tiga kewajiban bersih yaitu; 1) wajib bersih kamar tidur, 2) wajib bersih ruang makan, 3) wajib bersih kamar mandi/wc.  Orang Jepang tidak mengenal hadis Nabi ” Kebersihan itu bagian dari iman”, tetapi mereka lebih dahulu  mengamalkan ajaran Islam.  

Ary Ginajar Agustian (penulis Buku ESQ Power) ketinggalan camera digitalnya di terminal kereta api Jepang selama kurang lebih enam jam. Namun sungguh luar biasa, ketika kembali ke terminal semula, dia masih menemukan camera tersebut di atas kursi di mana dia pernah duduk. Camera itu aman di tengah hilir-mudik manusia yang jumlahnya ribuan orang. Bandinkan dengan terminal kita, jangankan camera, Handphone saja yang tersimpan di saku bisa hilang, apalagi ditinggal di kursi terminal.

Ary kemudian pulang menggunakan taksi ke hotel tempat dia menginap. Mungkin karena melamun, sang sopir kelupaan menurunkan Ary Ginanjar persis di depan hotel, tetapi kelewatan 20 meter. Ketika  hendak dibayar, sang sopir menutup argonya dan berkata: Maaf, ini kesalahan saya, Bapak tidak usah membayar!” Bandingkan dengan kondisi di Indonesia, pernahkah sopir minta maaf dan tidak mau dibayar jika terlewat dari tempat kita singgah. Mungkin sebaliknya kita lah yang dimarahi sopir karena tidak mengingatkannya.

Apa gerangan yang menyebabkan orang Jepang memiliki komitmen dengan kejujuran dan kedisiplinan. Di samping warisan nilai-nilai Bushido kaum Samurai, ternyata mereka juga belajar dari sekuntum bunga Sakura, bunga yang hanya hidup sekali dalam satu tahun yaitu   seminggu selama bulan April. Akan tetapi di saat di merekah selama seminggu itu, orang-orang senang melihat, mendekat dan menciumnya. Bunga Sakura memberikan  rona-rona keindahan bagi yang melihatnya, menaburkan kesejukan bagi yang mendekatinya dan menebarkan aroma indah bagi yang menciumnya. Bunga Sakura mewarnai falsafah hidup orang Jepang, meski hidup  bunga Sakura singkat   tetapi selalu memberikan yang baik dan terbaik kepada orang lain.  Falsafah Sakura  inilah yang tercermin dalam kehidupan mereka. Karena sadar hidup tidak lama, maka tiada waktu yang terlewat kecuali untuk berkarya berbuat kebaikan dan membangun peradaban. Karena itu, ambillah falsafah bunga Sakura!

Selamat Menunaikan Ibadah Puasa