UIN Online - Mahasiswa Indonesia yang menempuh pendidikan di Mesir, terbanyak setelah Malaysia. Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Tata Usaha KBRI Cairo, Bapak Meri Binsar Simorangkir yang mewakili Dubes, ketika menerima 15 orang dosen PTKI (Perguruan Tinggi Keagamaan Islam) dalam rangka program ARFI (Academic Recharging for Islamic Higher Education), di Aula Bhineka, lantai 4 gedung KBRI Jl Aisha el Taimouria Garden City Cairo, Kamis pagi waktu Kairo, 6 November 2014. Wakil kedubes melanjutkan sambutannya, bahwa di KBRI ini terdiri dari 16 Home Staf dan 36 local staf merupakan front line yang selalu mengingatkan para mahasiswa untuk tidak terlibat dalam urusan politik, hal tersebut disosialisasikan ke 17 organisasi kedaerahan yang ada di Cairo. Kepada para dosen peserta ARFI ini diharapkan untuk memberi motivasi kepada mahasiswa berdasarkan asal daerahnya agar tidak bermalas malasan dan menyelesaikan studi dalam waktu yang telah ditetapkan, kunci alumni ilmu politik Universitas Indonesia ini. Selanjutnya Atdikbud (Atase Pendidikan dan Kebudayaan) KBRI Kairo, Dr. Fahmi Lukman, dalam sambutannya menegaskan bahwa salah satu terobosan baru atdikbud adalah memperkenalkan Perguruan Tinggi Indonesia di Mesir yang baru-baru ini diadakan pameran pendidikan dan 19 PT di Indonesia telah menjalin kerjasama dengan beberapa perguruan tinggi di Mesir, kata dosen Universitas Padjajaran ini. Sementara ini juga atdikbud menyiapkan kurang lebih 6000 judul buku dan jurnal tentang Indonesia baik itu budaya, kajian Islam Indonesia dan kajian Sains dan Teknologi untuk persiapan dibukanya Indonesian Corner di Kairo University. Direktur Diktis (Pendidikan Tinggi Islam) Kemenag, RI,Prof. Dr. H. Dede Rosyada, menyampaikan bahwa tujuan utama program ARFI ini adalah memperkenalkan Perguruan Tinggi Agama yang ada di Indonesia pada dunia luar sehingga dosen PTAI dapat presentasi di Luar Negeri, tidak hanya keliling indonesa saja. Di samping itu, melalui program ARFI ini, dapat memperkenalkan mahasiswa Indonesia ke luar negeri. Olehnya itu langkah awal adalah dosennya harus pintar. Di sisi lain, untuk memperluas wawasan para dosen dan menelusuri beberapa referensi terkait dengan penelitian disertasi dan penulisan makalah yang akan diterbitkan di jurnal Internasional.
Untuk jangka pendek, dosen dapat develop silabus dan bahan ajar.
Sedangkan Kasubdit Ketenagaan PTAI Kemenag,Prof.Dr. Ishom melanjutkan informasinya, bahwa Program ARFI 2014 yang digagas Direktorat PTKI, Dirjen Pendis (Pendidikan Islam), Kemenag RI. ini memberangkatkan 30 dosen PTKI yang telah lulus fit n profer test, tulisan dan, ke tiga negara, yaitu Mesir sebanyak 15 org, Jerman 7 org, Austria 8 org. Program ARFI ini berlangsung selama satu bulan, dimulai tanggal 1 Novemberg yang lalu. Kegiatannya, tidak lepas dari tiga tugas utama dosen, yaitu pendidikan,penelitiian dan pengabdian masyarakat.Di Mesir, diprogramkanlah dalam bentuk menerima pelajaran dari para guru besar dan Syekh dari Universitas Al Azhar,Cairo, mengikuti seminar dan forum ilmiah internasional, berkunjung ke perpustakaan n toko buku, Membuat makalah dan laporan ilmiyah harian, ungkap Prof.Ishom. Untuk Mesir, Kelima belas peserta ARFI ini berasal dari 14 PTKI di Indonesia yaitu UIN Jakarta, UIN Yogyakarta, UIN Malang, UIN Alauddin Makassar, UIN Surabaya, IAIN Tulungagung, IAIN Samarinda, IAIN Palopo, STAIN Kudus, STAIN Purwokerto, STAIN Pamekasan, STAIN Jurai Siwo Metro Lampung, PTIQ Jakarta, STAI Bina Madani Tangerang. Dalam hal ini, peserta ARFI turut berkontribusi menyumbangkan beberapa jurnal dari Perguruan Tinggi masing2 dan buku2 terkait keIndonesiaan. Demikian laporan Hj. Haniah Lc MA, Dosen Bahasa Arab UIN Alauddin Makassar dari Kairo, Mesir.