Gowa - Sesamata Fest III, festival tahunan yang digelar oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan (HIMAJIP), kembali memukau para penggemar budaya, ilmu pengetahuan, dan sastra. Pada hari kedua acara ini, hadirkan dua kegiatan unik yang mendalam dan memberikan wawasan baru bagi para peserta. Acara ini berlangsung pada 11 Oktober 2023, dengan mengambil tempat di Lapangan Depan Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Alauddin Makassar.
Pukul 10.00 WITA, Cultural Session dengan tema "Kekerasan Budaya dan
Ilmu Pengetahuan" dibuka dengan meriah. Para peserta diberikan kesempatan
untuk merenung tentang dampak budaya dalam perkembangan ilmu pengetahuan.
Narasumber yang dihadirkan untuk sesi ini adalah Dr. M. Takbir Malliongi, M.
Pd., M. Phil (Akademisi UIN Alauddin Makassar) dan Eko Rusdianto (Penulis).
Dr. M. Takbir Malliongi membuka sesi ini dengan paparannya mengenai bagaimana budaya dapat memengaruhi pemahaman ilmu pengetahuan. Beliau membahas secara mendalam tentang fenomena kekerasan budaya, yang seringkali menjadi hambatan dalam pencapaian pengetahuan yang lebih inklusif dan holistik. Eko Rusdianto, seorang penulis berpengalaman, juga memberikan pandangan unik tentang peran sastra dalam menyuarakan isu-isu budaya dan ilmu pengetahuan. Ia berbicara tentang bagaimana sastra bisa menjadi medium untuk menggambarkan realitas sosial dan budaya yang seringkali terabaikan.
Kemudian, Pukul 15.00, acara dilanjutkan dengan Sharing Session yang
mengusung tema "Sastra, Perpustakaan, dan Rekayasa Sosial." Sesi ini
menampilkan dua pembicara ulung, yaitu Muhammad Naufal Mahdi (Alumni Ilmu
Sastra UGM) dan Abdul Wazib (Pengelola TBM Kata Kerja).
Muhammad Naufal Mahdi berbicara tentang pentingnya sastra dalam memahami realitas sosial dan bagaimana ilmu sastra dapat memberikan sudut pandang yang berbeda dalam mengeksplorasi isu-isu sosial yang kompleks. Abdul Wazib, sebagai pengelola TBM (Taman Bacaan Masyarakat) Kata Kerja, berbagi pengalaman tentang upaya menggalakkan minat baca masyarakat melalui perpustakaan rakyat. Beliau juga menggambarkan bagaimana perpustakaan dapat menjadi alat rekayasa sosial yang kuat dalam memajukan masyarakat.
Hari kedua Sesamata Fest III menyatukan dua kegiatan yang sarat dengan
wawasan, pemahaman, dan inspirasi baru. Para peserta dibawa dalam perjalanan
mendalam untuk merenung tentang hubungan antara budaya, ilmu pengetahuan,
sastra, perpustakaan, dan rekayasa sosial. Acara ini memberikan pengalaman
berharga bagi semua yang hadir, membantu mereka memahami dunia di sekitar kita
dari berbagai perspektif yang kaya. Sesamata Fest III terus membuktikan dirinya
sebagai wadah yang sangat berharga untuk berbagi pengetahuan dan inspirasi di
kalangan komunitas budaya dan sastra di Makassar.