Mahasiswa SPI UIN Alauddin Eksplor Dua Situs Bersejarah dalam Kuliah Lapangan

  • 11 Juli 2025
  • 09:46 WITA
  • Administrator
  • Berita

Gowa, 5 Juli 2025 — Dalam rangka memperkuat pemahaman mahasiswa terhadap sejarah lokal dan nasional, mahasiswa Program Studi Sejarah Peradaban Islam (SPI) Semester II Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar melaksanakan kuliah lapangan ke dua situs bersejarah penting di Sulawesi Selatan, yakni Benteng Fort Rotterdam dan Monumen Korban 40.000 Jiwa. Kegiatan ini berlangsung pada Sabtu, 5 Juli 2025, mulai pukul 10.00 WITA hingga selesai, di bawah bimbingan Dosen Pengampu, Ibu Mastanning, M.Hum.

Kuliah lapangan ini bertujuan mengaitkan materi sejarah yang telah dipelajari di kelas dengan bukti-bukti nyata peninggalan sejarah di lapangan. Dalam kegiatan tersebut, Muhammad Raehan Ramdhani didapuk sebagai tour guide dan memberikan penjelasan komprehensif mengenai latar belakang sejarah, arsitektur, dan peran strategis Benteng Fort Rotterdam sebagai pusat pertahanan Kerajaan Gowa-Tallo pada masa lalu, yang kini menjadi simbol kebudayaan dan salah satu destinasi wisata sejarah andalan di Kota Makassar.

Selain Fort Rotterdam, para mahasiswa juga mengunjungi Monumen Korban 40.000 Jiwa, sebuah situs peringatan yang merekam tragedi kemanusiaan di masa penjajahan kolonial Belanda. Raehan dalam penjelasannya tidak hanya menyampaikan fakta sejarah, tetapi juga mengajak mahasiswa merenungkan nilai-nilai kemanusiaan dan pentingnya memelihara memori kolektif bangsa agar tragedi serupa tak terulang di masa depan.

Para peserta kuliah lapangan tampak antusias mengikuti kegiatan, aktif mencatat, mendokumentasikan informasi, dan terlibat dalam diskusi di setiap titik kunjungan. Mereka diajak mengamati langsung detail bangunan, arsitektur benteng, serta pesan simbolik dari monumen peringatan, sebagai bagian dari pembelajaran kontekstual sejarah.

“Melalui kegiatan seperti ini, mahasiswa tidak hanya belajar dari teori di kelas, tetapi juga menyentuh langsung jejak sejarah di lapangan dan merasakan atmosfer tempat yang menjadi saksi peristiwa besar,” ungkap Muhammad Raehan Ramdhani.

Dalam sambutannya, Ibu Mastanning, M.Hum. menyampaikan apresiasi atas antusiasme mahasiswa dan menyatakan bahwa pengalaman lapangan semacam ini sangat penting dalam membentuk cara pandang historis mahasiswa serta menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap pelestarian warisan budaya.

“Saya berharap kegiatan ini bisa meningkatkan kepekaan mahasiswa terhadap nilai-nilai sejarah dan mendorong kesadaran kolektif dalam menjaga situs-situs bersejarah,” ujarnya.

Kuliah lapangan ini tidak hanya mempererat hubungan antara teori dan praktik pembelajaran sejarah, tetapi juga menjadi sarana strategis dalam menumbuhkan generasi muda yang sadar sejarah, peduli budaya, dan peka terhadap dinamika sosial masyarakat masa lalu dan masa kini.