Innalillahi wainna ilaihir rajiun, Dr. Nasruddin Ibrahim, MM, kembali ke haribaanNya, meninggalkan kesan dan rekam sejarah kehidupan yang sulit dilupakan oleh mereka yang pernah berinteraksi dengan almarhum. Kebaikan almarhum tercermin dari banyaknya ungkapan duka yang disampaikan memenuhi seluruh WA grup yang ada di hp saya. Mereka menyampaikan testimoni meski singkat bahwa alm. Pak Nas adalah sosok yang sangat baik.
Saya tulis testimoni ini sebagai seorang sahabat yang pernah bergaul dan berinteraksi secara intens selama kurang lebih 20 tahun, baik sebagai teman sejawat maupun dalam konteks relasi kepemimpinan di Fakultas. Begitu dekatnya saya dengan almarhum, sampai almarhum dan istri (Dr. Andi Syahraeni, M.Ag) tahun lalu (Agustus 2020) berkunjung ke kampung kelahiran saya dan berziarah ke makam orang tua saya
Saya bersyukur bisa berteman akrab dengan seorang dosen yang multi talenta, memiliki banyak bakat dan kreativitas dalam kehidupan. Bagi saya, sosok Pak Nas (begitu biasa dia disapa) bukan sekadar seorang intelektual (dosen) di bidang sejarah, lebih dari itu, almarhum adalah seorang sahabat sejati, pribadi yang ramah, sosok yang memiliki banyak bakat dan dalam konteks relasi atasan dan bawahan, Pak Nas adalah pribadi yang pandai menerjemahkan ide-ide universal pimpinan yang kemudian dia eksekusi dalam bentuk aksi nyata.
Pak Nas adalah sosok yang ramah, suka menolong dan empati kepada siapa saja. Bagi mahasiswanya, Pak Nas ibarat obor penerang yang senantiasa membimbing langkah-langkah kaki para mahasiswa untuk menggapai cita-citanya. Sebagai seorang dosen, Pak Nas bukan sekadar mengajar matakuliah yang menjadi keahliannya, tetapi juga membimbing mahasiswanya untuk memiliki keterampilan dan pengalaman. Baginya, mahasiswa bukan sekadar subjek yang diberikan pendidikan dan pengajaran, tetapi menjadi anak kandung yang harus dibina dan diarahkan. Inilah yang membuat Pak Nas biasa ditugaskan sebagai pendamping mahasiswa untuk melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan, baik di tingkat regional (wilayah Sulsel) juga di luar Sulawesi (jawa-Bali)….Saya menganggap Pak Nas seperti orang tua sendiri… Saat saya sakit pada kegiatan PPL di Bali, dia perlakukan saya seperti anaknya… Demikian testimoni salah seorang alumni SKI di dinding FB-nya saat mengetahui Pak Nas sudah berpulang ke rahmatullah.
Penguasaan dan kreativitas Pak Nas tidak sebatas pada bidang ilmu yang digelutinya (sejarah), tetapi Pak Nas juga memiliki kemampuan di bidang teknologi digital dan komunikasi. Saat saya menjabat sebagai dekan, saya coba eskplore kemampuannya tersebut, dan akhirnya melahirkan sebuah media komunukasi informasi fakultas yang diberi nama SKI Channel. Channel ini juga turut andil dalam memperkuat akreditasi prodi SKI sehingga memperoleh status Akreditasi A. Tidak sebatas itu saja, Pak Nas juga mengubah Tabloid Shautul Adab dari bentuk paper menjadi paperless (media online) yang turut memberi andil dalam penguatan kelemebagaan. Kreativitas Pak Nas tidak pernah berhenti, dia belajar dan terus belajar. Terakhir almahum membudi-dayakan ikan nila dan ayam kampung yang sebagian dosen UIN Alauddin sudah pernah menikmati hasilnya.
Dalam konteks atasan-bawahan, saya menilai Pak Nas sebagai sosok yang cerdas menempatkan diri. Dia tahu persis kapan dia memosisikan diri sebagai teman dan bawahan. Saat saya menjabat sebagai wadek dan juga Dekan Fakultas Adab dan Humaniora, saya justru sering merasa sungkan dengan almarhum dengan cara dia menghormati dan menaati pimpinannya, padahal dalam konteks umur, beliau 9 tahun lebih tua (lebih senior) dari saya. Saya menilai Pak Nas sudah selesai dengan dirinya, seorang yang selalu mengekspresikan kebahagiaan dengan cara terbaiknya, selalu ceria, senyum, humor dan selalu ramah kepada orang lain. Keikhlasan yang luar biasa betul-betul ditunjukkan dalam mengemban amanah yang diberikan kepadanya. Almarhum adalah pribadi yang bijak dalam bertindak, inklusif dalam bersikap.
Hari-hari ke depan, canda-tawanya, dan komentar-komentar kritis di WA tidak akan lagi kita temukan. Kita kehilangan sosok yang selalu menginspirasi. Fakultas Adab dan Humaniora, dan UIN Alauddin kehilangan dosen sejarah yang selalu ingin mempromisikan lembaga ini dengan tayangan-tayangan SKI chanelnya. Saat saya melayat, wajah teduh dan tenang menggambarkan ketenangannya saat kembali kepada Tuhan. Seberkas senyum menghiasi wajah beningnya yang siap berjumpa dengan Allah swt. Sebuah perjumpaan yang senantiasa dirindukan oleh orang-orang yang shaleh seperti pak Nas.
Selamat jalan Pak…. Selamat jalan saudaraku… selamat berjumpa dengan Tuhanmu. tugasmu sudah purna. Jasadmu memang tiada, tapi semangatmu tetap menggema. Saya merindukan kembali kita bermain tenis meja, membuat berita, jelajah budaya, dan bernyanyi bersama sebagaimana dulu kita lakukan.
… Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang meninggal di jalan Allah, bahwa mereka itu wafat, mereka itu sesungguhnya hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya (Q.S. al-Baqarah: 154).
Sungguminasa, 12 Juli 2021 pkl 08.00
Barsihannor