Makassar, 6 Oktober 2025 — Program Studi Sejarah Peradaban Islam (SPI) Fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin Makassar kembali melaksanakan kegiatan penerimaan mahasiswa magang di Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XIX Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan. Kegiatan ini menjadi momentum penting dalam upaya memperkuat kompetensi mahasiswa melalui pengalaman langsung di lembaga yang bergerak dalam bidang sejarah, pelestarian, dan pengembangan kebudayaan nasional.
Mahasiswa yang mengikuti
program magang ini berjumlah lima orang, yakni Joniadi, Sitti Nurhaliza, Ulfah,
Antong, dan Muh. Tri Hariyono. Mereka merupakan perwakilan dari angkatan
terbaru Prodi SPI yang memiliki semangat tinggi untuk belajar dan berkontribusi
dalam upaya pelestarian kebudayaan di Sulawesi Selatan.
Acara penerimaan magang
berlangsung khidmat, diawali dengan sambutan dari perwakilan BPK Wilayah XIX
Makassar yang menyampaikan ucapan selamat datang. Dalam sambutannya, pihak BPK
menekankan pentingnya keterlibatan generasi muda, khususnya mahasiswa sejarah,
dalam menjaga nilai-nilai budaya lokal. Melalui magang ini, mahasiswa
diharapkan mampu memahami secara langsung peran lembaga pemerintah dalam
mendokumentasikan, melindungi, dan mempromosikan warisan budaya daerah.
Selama magang, mahasiswa
akan ditempatkan pada berbagai bidang sesuai minat dan kebutuhan lembaga,
seperti dokumentasi dan arsip kebudayaan, penelitian sejarah lokal, publikasi
budaya, hingga kegiatan lapangan dalam pendataan warisan budaya takbenda.
Dengan pendampingan staf dan peneliti BPK, mahasiswa akan belajar mengenai
metode pengumpulan data budaya, penyusunan laporan penelitian, serta pembuatan
materi publikasi kebudayaan.
Balai Pelestarian
Kebudayaan Wilayah XIX sendiri memiliki peran strategis dalam menjaga khazanah
budaya Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, termasuk penelitian arkeologi,
konservasi benda cagar budaya, serta pengelolaan tradisi lisan dan situs
bersejarah. Karena itu, magang di lembaga ini menjadi pengalaman berharga bagi
mahasiswa untuk memahami pentingnya pelestarian sejarah dan kearifan lokal di
tengah arus globalisasi.
Para mahasiswa magang
menyampaikan rasa syukur dan antusiasme mereka. “Kami ingin memahami bagaimana
budaya dan sejarah dapat dijaga, diteliti, serta disebarluaskan dengan cara
yang kreatif dan edukatif,” ujar salah satu mahasiswa.
Kegiatan ini ditutup
dengan sesi foto bersama antara pihak BPK, dosen pembimbing, dan mahasiswa
peserta magang sebagai tanda dimulainya program resmi tahun 2025. Dengan
semangat kolaborasi antara dunia akademik dan lembaga pelestarian kebudayaan,
kegiatan ini diharapkan menjadi wadah pengembangan kompetensi mahasiswa
sekaligus kontribusi nyata dalam menjaga nilai-nilai sejarah dan budaya bangsa.