Gowa, 8 Juli 2025 — Mahasiswa Jurusan Sejarah Peradaban Islam (SPI) Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar melaksanakan kunjungan kuliah lapangan ke Kampung An-Nadzir, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Kegiatan ini berlangsung pada Selasa, 8 Juli 2025, pukul 11.27 WITA dan diikuti oleh 34 mahasiswa dari dua kelas, yakni kelas 4AK4 yang mengambil mata kuliah Antropologi dan kelas 4AK1 yang mempelajari Komunikasi Budaya. Kunjungan ini merupakan bagian dari metode pembelajaran berbasis pengalaman langsung di lapangan.
Dibimbing oleh dosen pengampu, Dr. Nurlidiawati,
S.Ag., M.Pd., dan didampingi oleh Ummul Khair, kegiatan ini bertujuan
mengenalkan mahasiswa pada dinamika kebudayaan serta kehidupan sosial kelompok
minoritas Islam di Indonesia. Kampung An-Nadzir dipilih sebagai lokasi studi
karena komunitas ini dikenal dengan karakteristik keagamaan yang unik serta
sejarah sosial yang menarik untuk dikaji dalam konteks antropologis dan
komunikasi budaya.
Setibanya di lokasi, para mahasiswa disambut
langsung oleh Ustadz Samir, selaku Pimpinan Jamaah An-Nadzir. Dalam sesi
dialog, Ustadz Samir memaparkan sejarah berdirinya komunitas An-Nadzir,
asal-usul nama komunitas yang awalnya bernama Jundulloh, serta makna kata
An-Nadzir yang berarti "pemberi peringatan". Ia juga menjelaskan
prinsip-prinsip ibadah dan keyakinan komunitas yang berbeda dari mayoritas umat
Islam, termasuk dalam penentuan waktu salat dan pengamalan ajaran agama yang
berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Sunnah.
Salah satu peserta, Isabella, mahasiswa kelas
4AK4, mengungkapkan bahwa kunjungan ini sangat membuka wawasan. Ia mengatakan
bahwa komunitas An-Nadzir pernah mengalami stigma negatif, termasuk tuduhan
sesat dan terorisme, namun pemerintah Kabupaten Gowa akhirnya menerima
keberadaan mereka setelah tidak ditemukan indikasi ajaran menyimpang. “Mereka
justru mampu hidup berdampingan dan menjalin hubungan baik dengan masyarakat
sekitar,” tutur Isabella.
Kegiatan kuliah lapangan ini tidak hanya menambah
pemahaman akademik, tetapi juga memperkuat nilai-nilai toleransi dan empati
terhadap keberagaman dalam masyarakat. Mahasiswa memperoleh pengalaman langsung
dalam berinteraksi dan mengkaji kelompok masyarakat yang berada di luar arus
utama. Dengan antusiasme tinggi dari peserta dan dukungan penuh dari dosen
pembimbing, kegiatan ini berjalan lancar dan menjadi sarana pembelajaran yang
bermakna bagi pengembangan wawasan sosial, budaya, dan keagamaan mahasiswa SPI
UIN Alauddin Makassar.