Makassar, 12 November 2025 — Salah satu pemaparan yang menarik perhatian peserta dalam International Conference on Linguistics and Cultural Studies ke-6 (ICLC-6) yang diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin adalah presentasi dari Dr. Nahdhiyah, S.S., M.Pd., dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris, Fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin Makassar. Dalam sesi paralel, ia menyampaikan makalah berjudul “Women as Guardians of Nature: An Ecofeminist Reading of The Overstory.”
Dalam penelitiannya, Dr.
Nahdhiyah menegaskan bahwa perempuan memiliki peran fundamental sebagai penjaga
alam dan agen penting dalam advokasi lingkungan. Menurutnya, fitrah perempuan
sebagai ciptaan Allah memberikan kapasitas alami untuk merawat, menjaga, dan
melestarikan alam. Melalui pendekatan ecofeminism, ia menunjukkan keterkaitan
erat antara perempuan dan lingkungan, serta bagaimana keduanya kerap mengalami
tekanan dari sistem sosial patriarkal. Pembacaan sastra melalui novel The
Overstory memperlihatkan bagaimana tokoh-tokoh perempuan mampu menjadi simbol
keteguhan dalam melawan kerusakan lingkungan.
Konferensi internasional
tahunan ini mengusung tema “Multidisciplinary Perspectives on Language,
Literature, Culture, and Teaching: Challenges and Innovations.” ICLC-6 digelar
secara hybrid—luring dan daring—di Aula Prof. Mattulada, Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Hasanuddin, pada Rabu, 12 November 2025.
Kegiatan ini menghadirkan
sejumlah keynote speaker dari berbagai universitas terkemuka dunia, termasuk
University of Malaya (Malaysia), Walailak University (Thailand), Nanchang
University (Cina), dan University of Tsukuba (Jepang). Dari Indonesia, tampil
pembicara kunci dari Universitas Mataram, Universitas Diponegoro, Universitas
Pendidikan Indonesia, serta Universitas Hasanuddin selaku tuan rumah acara.
Konferensi dibuka secara
resmi oleh Prof. Drg. Muhammad Ruslin, M.Kes., Ph.D., Sp.BM(K), Wakil Rektor
Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Universitas Hasanuddin. Dalam sambutannya, ia
menekankan pentingnya sinergi lintas disiplin ilmu dalam mengkaji persoalan
sosial. “Kegiatan seperti ini menjembatani berbagai bidang ilmu agar kita dapat
melihat persoalan masyarakat secara holistik. Keilmuan tidak berhenti pada
teori saja, tetapi juga digunakan untuk mengaproksimasi masalah nyata di
masyarakat,” ujarnya.
ICLC-6 tahun ini juga
diikuti oleh akademisi dari berbagai universitas serta peneliti dari Badan
Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Kehadiran peserta dengan latar belakang
multidisiplin memperkuat semangat kolaboratif yang menjadi fondasi konferensi
ini, sekaligus membuka ruang dialog ilmiah yang lebih luas dalam pengembangan
kajian bahasa, sastra, budaya, dan pendidikan.

