Mahasiswa SPI Kunjungi Museum Balla Lompoa: Menggali Historiografi Lokal Langsung dari Sumbernya

  • 08 Juli 2025
  • 10:11 WITA
  • Administrator
  • Berita

Gowa, 2 Juli 2025 – Mahasiswa Program Studi Sejarah Peradaban  Islam (SPI) Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Alauddin Makassar, dari kelas 4AK1 dan 4AK2, melaksanakan kuliah lapangan ke Museum Balla Lompoa, Kabupaten Gowa, sebagai bagian dari praktik pembelajaran Mata Kuliah Historiografi. Kegiatan berlangsung pada Rabu, 2 Juli 2025, dengan pendampingan langsung dari dosen pengampu, Dra. Nuraeni S., M.M. dan Dr. Lydia Megawati, S.Hum., M.Hum.

Museum Balla Lompoa, yang dulunya merupakan istana Kerajaan Gowa, dipilih sebagai lokasi kunjungan karena memiliki nilai historis dan kultural yang tinggi. Lokasi ini dianggap strategis untuk mengenalkan praktik historiografi lokal secara langsung kepada mahasiswa.

Dalam kegiatan tersebut, mahasiswa menerima pemaparan materi dari kurator museum, Andi Jufri Tenribali, yang menjelaskan secara detail mengenai sejarah Kerajaan Gowa, ragam koleksi museum, hingga nilai-nilai budaya dan filosofi lokal yang diwariskan sejak masa kerajaan. Penjelasan tersebut membuka wawasan mahasiswa mengenai pentingnya narasi lokal dalam historiografi Islam di Indonesia.

Antusiasme mahasiswa terlihat nyata dalam sesi diskusi yang berlangsung interaktif. Sejumlah mahasiswa mengajukan pertanyaan kritis seputar peran tokoh kerajaan, makna simbolik artefak, hingga metode pelestarian sejarah dalam bingkai historiografi. Diskusi tersebut menjadi wadah pengayaan pemahaman sekaligus menumbuhkan sikap apresiatif terhadap warisan budaya lokal.

Usai penyampaian materi, mahasiswa diajak mengelilingi area museum untuk melihat langsung berbagai koleksi peninggalan Kerajaan Gowa, seperti senjata tradisional, alat musik, pakaian adat, perhiasan bangsawan, hingga dokumen-dokumen kuno. Aktivitas ini memberikan pengalaman otentik dalam mengenali sumber sejarah primer.

Menurut dosen pengampu, kuliah lapangan ini bertujuan untuk mengaitkan teori historiografi yang diajarkan di kelas dengan realitas historis yang bisa disaksikan langsung. “Dengan mengunjungi situs-situs sejarah, mahasiswa dapat belajar memahami konteks sosial dan budaya masa lalu melalui pendekatan historiografi yang lebih hidup dan aplikatif,” ujar Dr. Lydia Megawati.

Kegiatan ini diharapkan dapat memperkuat kompetensi mahasiswa dalam membaca, menafsirkan, dan menuliskan sejarah berdasarkan sumber lokal, serta menumbuhkan kesadaran akan pentingnya pelestarian warisan sejarah sebagai bagian dari identitas keilmuan dan kebangsaan.