Gowa — Mahasiswa Program Studi Sejarah dan Peradaban Islam (SPI) Fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin Makassar menggelar kegiatan penelusuran sumber wisata budaya di Pulau Gusung, dalam rangka menerapkan inovasi pembelajaran berbasis pengalaman langsung.
Kegiatan yang
dilaksanakan pada Sabtu, 17 Mei 2025 ini menjadi bagian dari upaya memperluas
perspektif kajian budaya mahasiswa SPI, yang tidak hanya difokuskan pada
kearifan lokal (local wisdom), tetapi juga merambah pada pendekatan historis,
sosial, dan peradaban. Dengan mengusung pendekatan interdisipliner, mahasiswa
didorong untuk mengkaji dan menganalisis secara kritis fenomena budaya yang
tumbuh di tengah masyarakat pesisir.
Pulau Gusung dipilih
sebagai lokasi eksplorasi karena memiliki kekayaan budaya maritim dan potensi
sejarah yang masih belum banyak terangkat. Keunikan masyarakat pesisir,
interaksi sosial, hingga dinamika budaya yang berkembang di kawasan tersebut
menjadi bahan kajian menarik bagi para peserta.
Yang menarik, kegiatan
ini juga bertepatan dengan kunjungan sejumlah dosen dan guru besar UIN Alauddin
Makassar yang turut hadir di Pulau Gusung dalam rangka rekreasi dan
kebersamaan. Momentum ini menghadirkan nuansa kekeluargaan yang akrab antara
dosen dan mahasiswa, mempererat hubungan akademik sekaligus memperkaya interaksi
ilmiah di luar ruang kuliah.
“Melalui kegiatan seperti
ini, kami ingin menunjukkan bahwa pembelajaran sejarah dan peradaban tidak
harus terpaku pada teks atau kelas, tetapi juga bisa digali dari pengalaman
langsung di lapangan,” ujar salah satu dosen pendamping.
Dengan penuh antusiasme
dan semangat kolaboratif, para mahasiswa menggali nilai-nilai budaya yang hidup
di tengah masyarakat, mencatat temuan-temuan lapangan, serta berdiskusi aktif
untuk menghubungkan realitas budaya dengan teori yang telah dipelajari di
bangku kuliah.
Kegiatan ini menjadi
bukti nyata bahwa pengembangan keilmuan sejarah dan peradaban Islam dapat
berjalan seiring dengan pemahaman kontekstual terhadap kehidupan masyarakat.
Mahasiswa SPI diharapkan mampu menjadi akademisi yang tidak hanya cakap secara
teoritis, tetapi juga peka terhadap dinamika budaya sebagai bagian dari
identitas bangsa dan khazanah peradaban Islam yang terus berkembang.