Gowa, Himpunan Mahasiswa Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam (HIMASKI) Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) UIN Alauddin Makassar sukses menggelar Seminar Kebudayaan Nasional bertajuk "Esensi dan Eksistensi Lontara di Era Modern". Acara yang berlangsung pada Jumat, 22 November 2024, ini bertempat di Ruang Rapat Rektorat UIN Alauddin Makassar dan dihadiri oleh sejumlah peserta dari kalangan mahasiswa, dosen, dan pemerhati budaya.
Seminar dibuka secara resmi oleh
Wakil Dekan III FAH, Dr. Nurkholis A. Gaffar, M.Hum., yang dalam sambutannya
menyampaikan pentingnya seminar ini untuk menggali kembali nilai-nilai budaya
lokal. "Lontara bukan hanya simbol dari identitas budaya Bugis, tetapi
juga warisan yang kaya akan nilai historis dan literasi. Saya berharap diskusi
ini mampu melahirkan inovasi baru dalam pelestarian Lontara di era
modern," ujarnya.
Acara ini menghadirkan tiga
narasumber utama dengan keahlian di bidangnya. Dr. Husnul Fahima Ilyas, M.Hum.,
Peneliti Utama Manuskip Literasi dan Tradisi Lisan di BRIN, membahas peran
Lontara sebagai sumber sejarah dan tradisi lisan. Fian Anawagis, S.Hum., dari
Sulappa Appa Studi Indonesia, menyoroti adaptasi budaya Lontara dalam konteks
masyarakat kontemporer. Sementara itu, Mastanning, S.Hum., M.Hum., dosen Kajian
Naskah Program Studi Sejarah Peradaban Islam, mengupas tantangan pelestarian
Lontara dalam pendidikan dan teknologi.
Moderator acara, Alda Hidayat,
Bendahara Umum HIMASKI Periode 2024-2025, berhasil memandu jalannya diskusi
dengan lancar dan interaktif. Seminar ini diakhiri dengan sesi tanya jawab yang
antusias, memperlihatkan besarnya minat peserta terhadap tema kebudayaan lokal
yang relevan dengan perkembangan zaman.
Kegiatan ini diharapkan dapat
menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk terus melestarikan warisan budaya
Lontara sebagai bagian dari kekayaan literasi dan identitas bangsa, sekaligus
menjadikannya adaptif di era modern.